Monthly Archives: Maret 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CEDERA MEDULA SPINALIS (Sistem Neurobehaviour)

Standar

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Medulla spinalis adalah bagian dari system saraf yang membentuk system kontinu dengan batang otak yang keluar dari hemisfer , serebral dan memberikan tugas sebagai penghubung otak dan saraf perifer , seperti pada kulit dan otot. Panjangnya rata-rata 45 cm dan menipis pada jari-jari. Medulla spinalis ini pemanjangan dari foramen magnum di dasar tengkorak sampai ke bagian lumbal kedua tulang belakang , yang berakhir di dalam berkas serabut yang disebut konus medullaris. Seterusnya di bawah lumbal kedua adalah akar saraf, yang memanjang melabihi konus, dan disebut kauda equine dimana akar saraf ini menyerupai akar kuda . saraf-saraf medulla spinalis tersusun atas 33 segmen yaitu 7 segmen servikal , 12 torakal, 5 lumbal , 5 sakral , dan 5 segmen koksigius . Medulla spinalis mempunyai 31 pasang sara spinal , masing-masing segmen mempunyai satu untuk setiap sisi tubuh. Seperti otak , medulla spinalis terdiri atas subtansi grisea dan alba. Subtansia grisea di dalam otak ada di daerah eksternal dan subtansia alba ada pada bagian internal. Cedera medula spinalis adalah cidera yang mengenai servikalis vetebralis dan lumbali akibat dari suatu trauma yang mengenai tulang belakang. Cedera medula spinalis adalah masalah kesehatan mayor yang mempengaruhi 150.000 sampai 500.000 orang Amerika Serikat , dengan perkiraan 10.000 cedera baru yang terjadi setiap tahun. Kejadian ini lebih dominan pada pria kasus ini akibat dari kecelakaan kendaraan bermotor, selain itu banyak akibat jatuh , olahraga dan kejadian industry dan luka tembak. Dua pertiga kejadian adalah usia 30 tahun atau lebih muda. Kira-kira jumlah jumlah total biaya yang digunakan untuk cedera ini mencapai 2 juta dolar pertahun. Hal ini merupakan frekuensi yang tinggi dihubungkan dengan cedera dan komplikasi medis. Vertebra yang sering mengalami cedera adalah medula spinalis pada daerah servikal ke-5,6,7, torakal ke-12 dan lumbal pertama. Vertebra ini adalah paling rentan karena rentang mobilitasnya yang lebih besar dalam kolumna vertebral pada area ini.

  1. Tujuan

Untuk memenuhi tugas kelompok Sistem Neurobehaviour yang diberikan oleh dosen pembimbing , serta mengetahui bagaimana konsep penyakit atau cedera Medula Spinalis serta bagaimana asuhan keperawatannya.

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN TEORI

  1. PENGERTIAN

Medula spinalis ( spinal cord) merupakan bagian susunan sarafpusat yang terletak di dalam kanalis vertebralis dan menjulur dari foramen magnum ke bagian atas region lumbalis .Trauma pada medulla spinalis dapat bervariasi dari trauma ekstensi fiksasi ringan yang terjadi akibat benturan secara mendadak sampai yang menyebabkan transeksi lengkap dari medulla spinalis dengan quadriplegia.

  1. ETIOLOGI

1)      Kecelakaan di jalan raya ( penyebab paling sering)

2)      Kecelakaan Olahraga

3)      Menyelam pada air yang dangkal

4)      Luka tembak atau luka tikam

5)      Gangguan lain yang dapat menyebabkan cedera medulla spinalis seperti spondiliosis servikal dengan mielopati, yang menghasilkan saluran sempit dan mengakibatkan cedera progresif terhadap medulla spinalis dan akar ; mielitis akibat proses inflamasi infeksi maupun non infeksi ; osteoporosis yang di sebabkan oleh fraktur kompresi pada vertebra ; siringmielia ; tumor infiltrasi maupun kompresi ; dan penyakit vascular.

  1. PATOFISIOLOGI

Cedera medulla spinalis kebanyakan terjadi sebagai akibat cedera pada vertebra. Medula spinalis yang mengalami cedera biasanya berhubungan dengan akselerasi , deselerasi atau kelainan yang di akibatkan oleh berbagai tekanan yang mengenai tulang belakang. Tekanan cedera pada medulla spinalis mengalami kompresi, tertarik, atau merobek jaringan. Lokasi cedera umumnya mengenai C1 dan C2,C4,C6 dan T11, atau L2.

Fleksi rotasi ,dislokasi,dislokasi fraktur, umumnya mengenai servikal pada C5 dan C6.Jika mengenai spina torakolumbar, terjadi pada T12-L1.Fraktur lumbal adalah fraktur yang terjadi pada daerah tulang belakang bagian bawah.Bentuk cedera ini mengenai ligament,fraktur vertebra,kerusakan pembuluh darah,dan mengakibatkan iskemia pada medulla spinalis.

Hiperekstensi .Jenis cedera ini umumnya mengenai klien dengan usia dewasa yang memiliki perubahan degenerative vertebra,usia muda yang mendapat kecelakaan lalu lintas saat mengendarai kendaraan, dan usia muda yang mengalami cedera leher saat menyelam.Jenis cedera ini menyebabkan medulla spinalis bertentangan dengan ligamentum flava dan mengakibatkan kontusio kolom dan dislokasi vertebra.Transeksi lengkap dan medulla spinalis dapat mengikuti cedera hiperekstensi.Lesi lengkap dari medulla spinalis mengakibatkan kehilangan pergerakan volunter menurun pada daerah lesi dan kehilangan fungsi reflex pada isolasi bagian medulla spinalis.

Kompresi.Cedera kompresi sering disebabkan karena jatuh atau melompat dari ketinggian dengan posisi kaki atau bokong (duduk). Tekanan mengakibatkan fraktur vertebra dan menekan medulla spinalis .Diskus dan fragmen tulang dapat masuk ke medulla spinalis .Lumbal dan toraks vertebra umumnya akan mengalami cedera serta menyebabkan edema dan perdarahan. Edema pada medulla spinalis mengakibatkan kehilangan fungsi sensasi.

  1. KLASIFIKASI

1)      Cedera tulang

  1. Stabil.Bila kemampuan fragmen tulang tidak memengaruhi kemampuan untuk bergeser lebih jauh selain yang terjadi saat cedera.Komponen arkus neural intak serta ligament yang menghubungkan ruas tulang belakang,terutama ligament longitudinal posterior tidak robek.Cedera stabil disebabkan oleh tenaga fleksi,ekstensi,dan kompresi yang sederhana terhadap kolumna tulang belakang dan paling sering tampak pada daerah toraks bawah serta lumbal (fraktur baji badan ruas tulang belakang sering disebabkan oleh fleksi akut pada tulang belakang).
  2. Tidak stabil.Fraktur mempengaruhi kemampuan untuk bergeser lebih jauh.Hal ini disebabkan oleh adanya elemen rotasi terhadap cedera fleksi atau ekstensi yang cukup untuk merobek ligament longitudinal posterior serta merusak keutuhan arkus neural, baik akibat fraktur pada fedekel dan lamina, maupun oleh dislokasi sendi apofiseal.

2)      Cedera neurologis

  1. Tanpa deficit neurologis
  2. Disertai deficit neurologis, dapat terjadi di daerah punggung karena kanal spiral terkecilterdapat di daerah ini.

 

  1. GEJALA KLINIS

Cedera tulang belakang harus selalu diduga pada kasus dimana setelah cedera klien mengeluh nyeri serta terbatasnya pergerakan klien dan punggung.

  1. PENATALAKSANAAN MEDIS

1)      Terapi dilakukan untuk mempertahankan fungsi neurologis yang masih ada, memaksimalkan pemulihan neurologis,tindakan atas cedera lain yang menyertai,mencegah,serta mengobati komplikasi dan kerusakan neural lebih lanjut.Reabduksi atas subluksasi (dislokasi sebagian pada sendi di salah satu tulang –ed) untuk mendekompresi koral spiral dan tindakan imobilisasi tulang belakang untuk melindungi koral spiral.

2)      Operasi lebih awal sebagai indikasi dekompresi neural, fiksasi internal atau debridement luka terbuka

3)      Fiksasi internal elektif dilakukan pada klien dengan ketidakstabilan tulang belakang, cedera ligament tanpa fraktur, deformitas tulang belakang progresif , cedera yang tak dapat direabduksi,dan fraktur non-union.

4)      Terapi steroid,nomidipin, atau dopamine untuk perbaiki aliran darah koral spiral.Dosis tertinggi metil prednisolon/bolus adalah 30 mg/kgBB diikuti 5,4 mg/kgBB/jam untuk 23 jam berikutnya.Bila diberikan dalam 8 jam sejak cedera akan memperbaiki pemulihan neurologis. Gangliosida mungkin juga akan memperbaiki pemulihan setelah cedera koral spiral.

5)      Penilaian keadaaan neurologis setiap jam,termasuk pengamatan fungsi sensorik,motorik, dan penting untuk melacak deficit yang progresif atau asenden.

6)      Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat,fungsi ventilasi, dan melacak keadaan dekompensasi.

7)      Pengelolaan cedera stabil tanpa defisit neurologis seperti angulasi atau baji dari badan ruas tulang belakang,fraktur proses transverses ,spinosus,dan lainnya.Tindakannya simptomatis (istirahat baring hingga nyeri berkurang),imobilisasi dengan fisioterapi untuk pemulihan kekuatan otot secara bertahap

8)      Cedera tak stabil disertai defisit neurologis.Bila terjadi pergeseran ,fraktur memerlukan reabduksi dan posisi yang sudah baik harus dipertahankan.

 

  1. Metode reabduksi antara lain :
  • Traksi memakai sepit (tang) yang dipasang pada tengkorak.Beban 20 kg tergantung dari tingkat ruas tulang belakang, mulai sekitar 2,5 kg pada fraktur C1
  • Manipulasi dengan anestesi umum
  • Reabduksi terbuka melalui operasi
  1. Metode imobilisasi antara lain :
  • Ranjang khusus, rangka,atau selubung plester
  • Traksi tengkorak perlu beban sedang untuk mempertahankan cedera yang sudah direabduksi
  • Plester paris dan splin eksternal lain
  • Operasi

9)      Cedera stabil disertai defisit neurologis .Bila fraktur stabil, kerusakan neurologis disebabkan oleh :

a)      Pergeseran yang cukup besar yang terjadi saat cedera menyebabkan trauma langsung terhadap koral spiral atau kerusakan vascular

b)      Tulang belakang yang sebetulnya sudah rusak akibat penyakit sebelumnya seperti spondiliosis servikal

c)      Fragmen tulang atau diskus terdorong ke kanal spiral

Pengelolaan kelompok ini tergantung derajat kerusakan neurologis yang tampak pada saat pertama kali di periksa :

  • Transeksi neurologis lengkap terbaik dirawat konservatif
  • Cedera didaerah servikal ,leher dimobilisasi dengan kolar atau sepit (caliper) dan diberi metil prednisolon
  • Pemeriksaan penunjang MRI
  • Cedera nurologis tak lengkap konservatif
  • Bila terdapat atau didasari kerusakan adanya spondiliosis servikal, traksi tengkorak, dan metil prednisolon
  • Bedah bila spondiliosis sudah ada sebelumnya
  • Bila tak ada perbaikan atau ada perbaikan tetapi keadaan memburuk maka lakukan mielografi
  • Cedera tulang tak stabil
  • Bila lesinya total, dilakukan reabduksi yang diikuti imobilisasi. Melindungi dengan imobilisasi seperti penambahn perawatan paraplegia
  • Bila defisit neurologis tak lengkap, dilakukan reabduksi ,diikuti imobilisasi untuk sesuai jenis cederanya
  • Bila diperlukan operasi dekompresi kanal spiral dilakukan pada saat yang sama
  • Cedera yang menyertai dan komplikasi :

ü  Cedera mayor berupa cedera kepala atau otak,toraks,berhubungan dengan ominal, dan vascular

ü  Cedera berat yang dapat menyebabkan kematian,aspirasi,dan syok

 

  1. PENGELOLAAN CEDERA

1.Pengelolaan hemodinamik

  1. Bila tejadi hipotensi,cari sumber perdarahan dan atasi syok neurogenik akibat hilangnya aliran adrenergic dari system saraf simpatis pada jantung dan vascular perifer setelah
  2. cedera diatas tingkat T .Terjadi hipotensi, bradikardia,dan hipotermi.Syok neurogenik lebih mengganggu distribusi volume intravascular daripada menyebabkan hipovalensi sejati sehingga perlu pertimbangan pemberian terapi atropine,dopamine,atau fenilefrin jika penggantian volume intravascular tidak bereaksi
  3. Pada fase akut setelah cedera,dipasang beberapa jalur intravena perifer dan pengamatan tekanan darah melalui jalur arteri dipasang,dan resusitasi cairan dimulai
  4. Bila hipotensi tak bereaksi atas cairan dan pemberian tranfusi, lakukan kateterisasi pada arteri pulmonal untuk mengarahkan ke perbedaan mekanisme hipovolemik, kardiogenik atau neurogenik.

2.pengelolaan system pernapasan

  1. Ganti posisi tubuh berulang .
  2. Perangsangan batuk.
  3. Pernapasan dalam.
  4. Spirometri intensif.
  5. Pernapasan bertekanan (+) yang berkesinambungan dengan masker adalah cara mempertahankan ekspansi paru atau kapasitas residual fungsional.
  6. Pasien yang mengalami gangguan fungsi ventilasi dilakukan trakeostomi.

3. pengelola nutrisional dan system pencernaan

  1. Lakukan pemeriksaan CT-Scan berhubungan dengan omen/lavasi peritoneal bila diduga ada perdarahan atau cedera berhubungan dengan ominal.
  2. Bila ada ileus lakukan pengisapan (suction) nasogastrik, penggantian elektrolit ,dan pengamatan status cairan .
  3. Terapi nutrisional awal yang harus dimetabolisme (50-100% diatas normal).
  4. Bila ada hiperalimentasi internal elemental . pasang duoclenol yang fleksibel melalui atau dengan dengan bantuan fluoroskopi(ileus).
  5. Pencegahan ulkus dengan antagonis Hz (simetidin , ranitidin ) atau antacid.
  6. Bila mendapat gastric feeding, pasang duodenal feeding (NGT).
  7. Beri difonoksilat hidroklorida dengan atropin sulfat bila mendapat NGT untuk mencegah diare.
  8. Jika terjadi kehilangan fungsi sfingter anal beri dulcolax.

4. pengelolaan gangguan koagulasi

  1. Untuk mencegah terjadinya thrombosis vena dan emboli paru beri heparin dosis minimal (500 untuk subkutan , 2-3 x sehari).
  2. Ranjang yang berosilasi.
  3. Ekspansi volume.
  4. Stoking elastic setinggi paha.
  5. Strokering prenmatis anti emboli.
  6. Antiplatelet serta anti koagulasi untuk pencegahan.

5. pengelolaan genitourinaria

  1. Pasang kateter dower (dower catheter – DC).
  2. Amati urine output (OU).

6. pengelolaan ulkus dekubitus

  1. Untuk mencegah tekanan langsung pada kulit , kurang berfungsi jaringan, dan kurangnya mobilitas , gunakan busa atau kulit kambing penyanggan tonjolan tulang.
  2. Putar atau ganti posisi tubuh berulang.
  3. Perawatan kulit yang baik.
  4. Gunakan ranjang yang berosilasi.

7. pengelolaan pasien paraplegia

  1. Respirasi dengan pemasangan endotrakea , kemudian trakeostomi serta perbaikan keadaan neurologi dengan menutup trakeostomi.
  2. Perawatan kulit dengan mengubah posisi tidur pasien setiap 2 jam.
  3. Kandung kemih:

–        Lakukan kompresi manual untuk mengosongkan kandung kemih secara teratur agar mencegah terjadinya inkontenensia overflow dan drobbling.

–        Kateterisasi intermittten.

–        Kateterisasi indwelling.

–        Tindakan bedah jika cara-cara tersebut gagal.

  1.  Buang air besar (BAB)

Untuk mendapat mengosongan rectum mendadak dilakukan dengan cara :

–        Tambahkan diet serat .

–        Gunakan laksatif.

–        Pemberian supositoria.

–        Enema untuk BAB atau pengosongan rectum teratur tanpa inkontinensia mendadak.

  1. Anggota gerak

–        Cegah kontraktur akibat pembedahan spastisitas kelompok otot berlawanan dengan latihan memperbaiki medikasi dan mencegah pemisahan tendo tertentu.

–        Nutrisi umum tinggi kalori.

Rehabilitasi pasien yang mengalami paraplegia

1)      Rehabilitasi fisik

  1. Fisioterapi dan latihan peregangan otot yang masih aktif pada lengan atas dan tubuh bagian bawah.
  2. Pebiasaan terhadap alat dan perangkat rumah tangga.
  3. Perlengkapan splint dan kapiler.
  4. Transplantasi tendon.

2)      Perbaikan mobilisasi

  1. Latihan dengan kapiler dan kruk untuk pasien cedera tulang belakang bawah.
  2. Latihan kursi roda untuk pasien dengan otot tulang belakang dan tungkai yang tak berfungsi.
  3. Kendaraan khusus untuk dijalan raya.
  4. Rehabilitasi psikologis.
  5. Penerimaan di rumah

 

 

 

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian :

  1. Aktivitas dan istirahat

Tanda :

–        Kelumpuhan otot (terjadi kelemahan selama syok spinal) pada bawah lesi.

–        Kelemahan umum atau kelemahan otot (trauma dan adanya kompresi saraf).

 

  1. Sirkulasi

Gejala : berdebar-debar , pusing saat melakukan perubahan posisi.

Tanda :

–        Hipotensi , hipotensi postural , ektremitas dingin dan pucat.

–        Hilangnya keringat pada daerah yang terkena.

 

  1. Eliminasi

Tanda :

–        Inkontinensia defekasi dan berkemih .

–        Retensi urine.

–        Distensi berhubungan dengan omen , peristaltic usus hilang.

–        Melena , emesis berwarna seperti kopi, tanah (hematemesis).

 

  1. Inegritas ego

Gejala : menyangkal , tidak percaya , sedih , marah.

Tanda : takut , cemas , gelisah , menarik diri.

 

  1. Makanan dan cairan

Tanda :

–        Mengalami distensi yang berhubungan dengan omentum.

–        Peristaltic usus hilang ( ileus paralitik )

 

  1. Hygiene

Tanda : sangat ketergantungan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (bervariasi).

 

  1. Neurosensorik

Gejala :

–        Kebas , kesemutan, rasa terbakar pada lengan atau kaki.

–        Paralisis flaksid atau spastisitas dapat terjadi saat syok spinal teratasi , bergantung pada area spinal yang sakit.

Tanda :

–        Kelumpuhan , kesemutan (kejang dapat berkembang saat terjadi perubahan pada syok spinal ).

–        Kehilangan tonus otot atau vasomotor.

–        Kehilangan atau asimetris termasuk tendon dalam.

–        Perubahan reaksi pupil , ptosis , hilangnya keringat dari berbagai tubuh yang terkena karena pengaruh spinal.

 

  1. Nyeri /kenyamanan

Gejala :

–        Nyeri atau nyeri tekan otot.

–        Hiperestesia tepat di daerah trauma.

Tanda :

–        Mengalami deformitas.

–        Postur dan nyeri tekan vertebral.

 

  1. Pernapasan

Gejala : napas pendek , kekurangan oksigen , sulit bernapas.

Tanda : pernapasan dangkal atau labored , periode apnea , penurunan bunyi napas, ronkhi , pucat, sianosis.

 

  1. Keamanan

Gejala : suhu yang berluktuasi ( suhu tubuh di ambil dalam suhu kamar ).

  1. Seksualitas

Gejala : keinginan untuk kembali berfungsi normal

Tanda : ereksi tidak terkendali (pripisme) , menstruasi tidak teratur.

  1. Penyuluan / pembelajaran

Rencana pemulangan :

–        Pasien akan memerlukan bantuan dalam transportasi , berbelanja , menyiapkan makanan , perawatan diri, keuangan , pengobatan atau terapi , atau tugas sehari-hari di rumah.

–        Pasien akan membutuhkan perubahan susunan rumah , penempatan alat di tempat rehabilitasi.

 

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

  1. Ketidakefektifan pola nafas b.d kerusakan tulang punggung ,disfungsi neurovascular, kerusakan system muskuloskletal , ditandai dengan :

DS : pasien mengatakan sulit bernapas , sesak napas.

DO : penurunan tekanan alat inspirasi dan respirasi , penurunan menit ventilasi, pemakaian otot pernapasan, pernapasan cuping hidung, dispnea, orthopnea, pernapasan lewat mulut, frekuensi dan kedalaman pernapasan abnormal, penurunan kapasitas vital paru.

 

  1. Resiko penurunan curah jantung b.d kerusakan jaringan otak , ditandai dengan :

DS : Pasien / keluarga mengatakan pasien mengalami kebingungan .

DO : Penurunan tingkat kesadaran (bingung ,letargi, stupor, koma), perubahan tanda vital, mungkin terdapat perdarahan pada otak , papiledema, nyeri kepala yang hebat.

 

  1. Gangguan atau kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan neurovascular , ditandai dengan :

DS : Pasien / keluarga mengatakan adanya kesulitan bergerak.

DO : Kelemahan , Parestesia, Paralisis, Tidak mampu , Kerusakan koordinasi , Keterbatasan rentang otak , Penurunan kekuatan otot.

 

  1. Kurang perawatan diri (mandi,gigi, berpakaian) yang berhubungan dengan:

DS : Klien bedres

DO : Perubahan tanda vital, Penurunn tingkat kesadaran,gangguan anggota gerak.

  1. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan gangguan sirkulasi serebral,

Di tandai dengan:

DS : Pasien / keluarga mengatakan adanya kesulitan berkomunikasi .

DO : Disartria, Afasia ,Kata-kata, tidak di mengerti, tidak mampu memahami bahasa lisan

 

  1. Ketidaseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis, di tandai dengan:

DS : Pasien / keluarga mengatakan adanya kesulitan menelan makanan .

DO : Klien menunjukkan ketidakadekuatan nutrisi, terjadi penurunan BB 20 % atau lebih dari berat badan ideal, Konjungtiva anemis, Hb abnormal, sulit membuka mulut, sulit menelan, lidah sulit di gerakkan.

 

  1. Resiko aspirasi yang berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan, di tandai dengan:

DS : Klien mengatakan sulit menelan.

DO : Batuk saat menelan , Dispnea, Bingung, Penurunan PaCO2.

 

  1. Risiko cedera atau trauma yang berhubungan dengan paralisis, di tandai dengan:

DS : Klien atau keluarga mengatakan kelumpuhan anggota gerak.

DO : Hemiplegia , Klien dengan bantuan atau alat bantu, Berjalan lamban.

 

 

INTERVENSI

No

Diagnose keperawatan

Tujuan

Intervensi

rasional

1

Nyeri b.d kompresi akar saraf servikalis

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam diharapkan nyeri berkurang 2 skala dari skala sebelumnya , dengan criteria hasil:

–        Secara subjektif pasien mengatakan nyeri berkurang.

–        Pasien tidak gelisah.

 

  1. Kaji skala nyeri (P,Q,R,S,T)

 

 

  1. Istirahatkan leher pada posisi fisiologis.

 

 

  1. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam pada saat nyeri muncul.

 

  1. Batasi jumlah pengunjung dan ciptakan lingkungan tenang.

 

 

 

 

 

  1. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesic.
  2. Sebagai indicator untuk menentukan tindakan selanjutnya .
  3. Posisi fisiologi akan menurunkan kompresi saraf leher untuk menjaga kestabilan.
  4. Meningkatkan asuan O2 sehingga menurunkan nyeri sekunder.
  5. Pembatasan jumlah pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi O2 dan lingkungan yang tenang akan menurunkan stimulud nyeri
  6. Untuk proses penyembuhan pasien dan menurunkan tingkat nyeri.
 

2

Ketidakefektifan pola nafas b.d kerusakan tulang punggung ,disfungsi neurovascular, kerusakan system muskuloskletal

 

 

Setelah dilakukan intervensi selama 1×24 jam, dengan kriteria:

 

1.Klien akan merasa nyaman. 

2.Klien     mengatakan sesak berkurang dan dapat membandingkan dengan keadaan sesak pada saat serangan yang berbeda waktu.

3.TD dalam batas normal:

Bayi:90/60 mmHg

3-6th:110/70 mmHg

7-10th:120/80 mmHg

11-17th:130/80 mmHg

18-44th:140/90 mmHg                

45-64th:150/95 mmHg

>65th:160/95mmHg       

     (Campbell,1978) 

 

Nadi dalam batas normal:

Janin:120-160x/mnt

Bayi:80-180x/mnt

Anak:70-140x/mnt

Remaja:50-110x/mnt

Dewasa:70-82x/mnt

       (Campbell,1978)

4.AGD dalam batas     normal:

pH:7,35-7,45

C02:20-26 mEq (bayi),26-28 mEq (dewasa)

PO2(PaO2):80-110 mmHg

PCO2(PaCO2):35-45mmHg

SaO2:95-97%

 

 

1. Observasi tanda vital tiap jam atau sesuai respons klien.

 

2. Istirahatkan klien dalam posisi semiflowler. 

 

 

 

3. Pertahankan oksigenasi NRM 8-10/mnt.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                        

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4.Kolaborasi pemeriksaan AGD.

 

 

1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien.

 

2. Posisi semifowler membantu dalam ekspansi otot-otot  pernapasan dengan pengaruh gravitasi.

 

3. Oksigenasi sangat penting untuk reaksi yang memelihara suplai ATP. Kekurangan oksigen pada jaringan akan membentuk asam laktat (asidosis metabolik serta asidosis respiratorik) yang dapat akan menghentikan metabolisme.Regenerasi ATP akan berhenti sehingga tidak ada lagi sumber energy yang terisi dan terjadi kematian.

(Roper N, 1996)

 

4. Untuk proses penyembuhan pasien.

3

Resiko penurunan curah jantung b.d kerusakan jaringan otak.

Setelah dilakukan intervensi keperawatan, klien tidak menunjukkan adanya peningkatan TIK, dengan kriteria:

 

1.Klien akan mengatakan tidak sakit kepala dan merasa nyaman.

2.Mencegah cedera 

3. GCS dalam batas normal (E4, V5,M6). 

4. Peningkatan pengetahuan pupil membaik.          

5.Tanda vital dalam batas normal.         

 

 

1. Ubah posisi klien secara berangsur.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2. Atur posisi klien bedrest.

 

 

 

3.  Jaga suasana tenang.

 

 

 

 

4. Kurangi cahaya ruangan.

 

 

 

5. Tinggikan kepala.

 

 

 

6. Hindari rangsangan oral.

 

 

7. Angkat kepala dengan hati-hati.

 

 

8. Awasi kecepatan tetesan cairan infus.

 

9. Berikan makanan menggunakan sonde sesuai jadwal.

 

 

 

 

10. Pasang pagar tempat tidur.

 

 

 

11. Pantau tanda dan gejala peningkatan TIK dengan cara:

 

*Kaji respons membuka mata

4=spontan

3=dengan perintah

2=dengan nyeri

1=tidak berespon

 

*Kaji respons verbal

5=bicara normal (orientasi orang,waktu,tempat, dan situasi)

4=kalimat tidak mengandung arti

3=hanya kata-kata saja

2=hanya bersuara saja

1=tidak ada suara

 

*Kaji respons motorik

6=dapat melakukan semua perintah rangsang nyeri

5=melokalisasi nyeri

4=menghindari nyeri

3=fleksi

2=ekstensi

1=tidak berespons

 

12. Periksa pupil dengan senter.

 

 

 

13. Kaji perubahan tanda vital.

 

 

14. Catat muntah, sakit kepala (konstan,letargi), gelisah pernapasan yang kuat,gerakan yang tidak bertujuan, dan perubahan fungsi.

 

15. Konsul dengan dokter untuk pemberian pelunak fese bila diperlukan.

1. Klien dengan paraplegia risiko terjadi luka tekan (dekubitus).Perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai respons klien mencegah terjadinya luka tekan akibat tekanan yang lama karena jaringan tersebut akan kekurangan nutrisi dan oksigen yang dibawa oleh darah.

 

2. Bedrestbertujuan mengurangi kerjaan fisik,beban kerja jantung.

 

3. Suasana tenang akan memberikan rasa nyaman pada klien dan mencegah ketegangan.

 

4. Cahaya merupakan salah satu rangsangan yang berisiko terhadap peningkatan TIK.

 

5. Membantu drainase vena untuk mengurangi kongesti serebrovaskular

 

6. Rangsangan oral risiko terjadi  peningkatan TIK.

 

7. Tindakan yang kasar berisiko terhadap peningkatan TIK.

 

8. Mencegah resiko ketidak seimbangan volume cairan.

 

9. Mencegah ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan mempercepat proses penyembuhan.

 

  1. Mencegah risiko cedera jatuh dari tempat tidur akibat tidak sadar.

 

  1. Fungsi kortikal dapat dikaji dengan mengevaluasi pembukaan mata dan respons motorik. Tidak ada respons menunjukkan kerusakan mesenfalon.

(Hickey, 1992 cit Carpenito, 1995)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Perubahan pupil menunjukkan tekanan pada saraf okulomotorius atau optikus.
  2. Perubahan tanda vital menandakan peningkatan TIK.
  3. Muntah akibat dari tekanan pada medulla.

 

 

 

  1. Untuk mengurangi mengejan yang menyebabkan peningkatan tekanan intra cranial.

4

Gangguan  atau kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan neurovascular

Setelah dilakukan intervensi keperawatan,klien akan memiliki mobilitas fisik yang maksimal, dengan criteria:

1.Tidak ada kontraktur otot.

 

2. Tidak ada ankilosis pada sendi.

 

3.Tidak terjadi penyusutan otot

4. Efektif pemakaian alat

1. Kaji fungsi motorik dan sensorik dengan,mengobservasi setiap ekstremitasn secara terpisah terhadap kekuatan dan gerakan normal,respons terhadap rangsang.

 

 

2.  Ubah posisi klien  setiap 2 jam.

 

 

 

 

 

 

3. Lakukan latihan secara teratur dan letakkan telapak kaki klien dilante saat duduk dikursi atau papan penyangga saat tidur ditempat tidur.

 

4. Topang kaki saat mengubah posisi dengan meletakkan bantal disatu sisi saat membalik klien.

 

 

5. Pada saat klien ditempat tidur letakkan bantal diketiak diantara lengan atas dan dinding  dada untuk mencegah abduksi bahu dan letakkan lengan posisi b.d abduksi sekitar 600.

 

6.  jaga lengan  dalam posisi sedikit fleksi. Letakkan telapak tangan di atas bantal lainnya seperti posisi patung liberty dengan siku di atas bahu dan pergelangan tangan di atas siku.

7. letakkan tangan dalam posisi berfungsi dengan jari-jari sedikit fleksi dan ibu jari dalam posisi berhubungan dengan abduksi. Gunakan pegangan berbentuk roll. Lakukan latihan pasif. Jika jari dan pergelangan spastik, gunakan splint.

8. lakukan latihan di tempat tidur. Lakukan latihan kaki sebanyak 5 kali kemudian di tingkatkan secara perlahan sebanyak 20 kali setiap kali latihan.

9. lakukan latihan berpindah(ROM)
4 x  sehari setelah 24 jam serangan stroke jika sudah tidak mendapat terapi.

 

10. bantu klien duduk atau turun dari tempat tidur.

 

 

 

11. gunakan kursi roda bagi klien hemiplegia.

 

1. Lobus frontal dan parietal berisi saraf-saraf yang mengatur posisi motorik dan sensorik dan dapat dipengaruhi oleh iskemia atau peningkatan tekanan.

 

2. Mencegah terjadinya luka tekan akibat tidur terlalu lama pada satu sisi sehingga jaringan yang tertekan akan kekurangan nutrisi yang dibawa darah melalui oksigen.

 

3. Mencegah deformitas dan komplikasi seperti foodrop.

 

 

 

4. Dapat terjadi dislokasi panggul jika meletakkan kaki terkulai dan jatuh.

Dan mencegah fleksi.

 

5. Posisi ini membidangi bahu dalam berputar dan mencegah edema dan akibat fibrosis.

 

 

 

6. Mencegah kontraktur fleksi.

 

 

 

 

 

7. Membantu klien hemiplegia latihan di tempat tidur berarti memberikan dan mempersiapkan aktivitas di kemudian hari akan perasaan optimis sembuh.

 

8. Klien hemiplegia dapat belajar menggunakan kakinya yang mengalami kelumpunan.

 

9. Lengan dapat menyebabkan nyeri dan keterbatasan pergerakan berhubungan dengan fibrosis sendi atau subluksasi.

10. Klien hemiplegia mempunyai ketidak seimbangan sehingga perlu di bantu untuk keselamatan dan keamanan.

11. Klien hemiplegia perlu latihan untuk belajar berpindah tempat dengan cara aman dari kursi , toilet, dan kursi roda.

 

5

Kurang perawatan diri (mandi,gigi, berpakaian) yang b.d

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam , diharapkan pemenuhan kebersihan diri mandi ,gigi,dan mulut ,berpakaian , menyisir ,rambut terpenuhi . dengan keriteria hasil:

– Napas tidak berbau

– Pasien tampak bersih dan rapi

1. Lakukan oral higine

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2. Bantu klien mandi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3. Bantu klien berpakain.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4. bantu klien menyisir rambut.

 

 

 

 

 

5. bantu klien mengganti alas tempat tidur.

 

 

 

 

 

 

 

6. ganti alas tempat tidur.

 

1. Membersihkan mulut dan gigi klien, perawat dapat menemukan berbagai kelainan seperti adanya gigi palsu, karies gigi, krusta, gusi berdarah, bau aseton sebagai ciri khas penderita DM, serta adanya tumor. Temuan ini harus di laporkan perawat.

 

2. Memandikan klien merupakan salah satu cara memperkecil infeksi nosokomial. Dengan memandikan klien, perawat akan menemukan berbagai kelainan pada kulit seperti tanda lahir, luka memar, callus, kulit pucat karena dingin, kutil, bentuk kuku, dekubitus, ruam kulit, ulkus, atau borok.

 

3. Berapa  rumah sakit menyediakan pakaian khusus untuk klien. Namun ada yang tidak,. Klien yang harus mengenakan pakaian RS karena di rawat dalam keadaan emergensi, tidak ada keluarga yang mengurus cucian pakaian, menderita penyakit menular, menderita inkontinensia urin, atau akan melaksanakan tindakan pembedahan.

 

4. Menyisir rambut merupakan bentukfisioterapi. Menyisir rambut klien. Di lakukan perawatan terutama pada klien yag tidak berbahaya.

 

5. Merupakan salah satu kebutuhan fisiologis manusia. Klien yang tak berdaya dapat mengalami inkontinensia BAB dan BAK, sehingga menimbulkan bau di sekitarnya dan infeksi kulit, sehingga perawat perlu memberikan bantuan.

 

6. Pengalas tempat tidur yang kotor merupakan tempat berkembang biaknya kuman.

 

6

   Gangguan komunikasi verbal yang b.d  gangguan sirkulasi serebral

Setelah dilakukan tindakan keperawatan ,pasien akan dapat berkomunikasi secara efektif , dengan criteria hasil:

– Pasien memahami dan membutuhkan komunikasi

– Pasien menunjukan memahami komunikasi dengan orang lain

1. lakukan terapi bicara

 

 

 

 

2. Kaloborasi dengan ahli terapi bicara.

 

 

 

 

 

 

 

3. gunakan petunjuk terapi bicara bicara (jika klien tidak memahami bahasa lisan, ulangi petunjuk sederhana sampai mereka mengerti seperti ‘minum jus’;jangan tutup’). Klien akan mendengar, bicara pelan, dan jelas. Gunakan komunikasi nonvebral.

  • jika klien tidak dapat mengenal objek dengan menyebut namanya, berikan latihan menerima imaginasi kata. Contoh: tunjukan objek dan sebutkan namanya (misalnya tangan, gelas).
  • Jika klien sulit mengerti ekspresi verbal, berikan latihan dengan mengulangi kata ‘kamu’ mulai dengan kata sederhana dan pemahaman (‘ya’;’tidak’;’di sini makan pagi’).
  • Jika berjalan dengan klien afasia, latihan kalimat (lambat), dan jarak (berikan waktu klien untuk merespons).

 

Bantu  klien afasia berkomunikasi berikan model seperti berkomunikasi

Dengarkan dan amati secara saksama saat berkomunikasi dengan klien afasia. Coba memahami untuk mencegah (antisipasi) kebutuhan klien afasia, untuk memahami perasaan tak mampu perasaan tak mampu berkomunikasi.

  • Jika berkomunikasi dengan klien afasia yang sangat sulit di pahami, berdiri dengan jarak 6 kaki dan langsung berhadapan dengan klien. Langsung ke topik pembicaraan dan katakan ketika kamu akan mengganti topik.
  • Jika kata-kata klien kurang jelas, berikan petunjuk sederhana dan ulangi sampai klien mengerti.
  • Jika klien menderita afasia,  sering lakukan latihan dengan menggunakan objek untuk memudahkan ingatan.
  •  Jika klien menderita motorik afasia, bantu latihan dalam mencoba mengulangi kata-kata dan suara sesudah perawat.
  1. Komunikasi membantu meningkatkan proses penyampaian dan penerimaan bahasa.

 

  1. Beberapa klien afasia perlu terapi bicara sehingga perlu di lakukan sedini mungkinkomunikasi akan efektif. Klien yang memahami bahasa akan merespons bahasa atau pesan dari komunikasi.

 

7

Ketidaseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang b.d  ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh , dengan criteria hasil:

– Pasien mengatakan keinginan untuk makan

– Makanan yang disediakan sesuai kebutuhan nutrisi habis

– Berat badan dalam batas maksimal

  1. Kaji kebiasaan makan klien.

 

 

 

  1. Catat jumlah yang dimakan.

 

 

 

  1. Kalaborasi dengan tim gizi dan dokter untuk penentuan kalori. Diet sesuai dengan penyebab stroke seperti hipertensi, DM,dan penyakit lainnya.

 

 

  1. Kebiasan makan klien akan memengaruhi keadaan nutrisinya.

 

  1. Makanan yang telah di sediakan di sesuaikan dengan kebutuhan klien.

 

  1. Pemberian makan pada klien di sesuaikan dengan kebutahan nutrisi dan diagnosis penyakit. Pemberian makanan di sesuaikan usia, jenis kelamin, BB, dan TB, aktivitas, suhu tubuh, metbolik.

Kebutuhan karbohidrat di sesuaikan dengan kesanggupan tubuh untuk menggunakannya.

 

8

Resiko aspirasi yang b.d  kehilangan kemampuan untuk menelan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam pasien tidak menunjukan tanda-tanda aspirasi. Dengan criteria hasil:

– Tidak tersedak ketika makan ,tidak demam ,tidak batuk ketika makan , tidak ada ronkhi

– Tidak ada perubahan warna kulit

  1. Kaji tanda aspirasi seperti demam, bunyi crackles, bunyi ronkhi,bingung, penurunan Pa02 pada AGD, meberikan makanan dengan oral atau NGT dengan senter pada bagian pipi dengan spatel, lemaskan otot lidah, gunakan tisu lembut di bawah mandibula dan angkat ujung lidah dari belakang.
  2. Kaji perubahan warna kulit seperti sianosis, pucat.

 

  1. Klien dengan hemiplagia mengalami kelemahan menelan sehingga resiko aspirasi.

 

 

 

 

 

 

  1. Jika terjadi aspirasi klien akan mengalami kesulitan bernafas sehingga gangguan pertukaran gas yang di tandai dengan sesak napas, sianosis, pucat.

9

Risiko cedera atau trauma yang b.d paralisis

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam pasien tidak akan mengalami trauma . dengan criteria hasil :

–  Tidak jatuh

–  Tidak terdapat luka lecet dan tidak terdapat luka bakar

  1. Pasang pagar tempat tidur.

 

 

 

 

  1. Gunakan cahaya yang cukup.

 

 

  1. Anjurkan klien berjalan pelan-pelan.

 

  1. Anjurkan istirahat cukup saat berjalan.

 

  1. Kaji adanya tanda trauma pada kulit.

 

 

  1. Pagar tempat tidur melindungi klien dengan hemiplegia terjatuh dari tempat tidur.

 

  1. Klien dengan gangguan sensasi risiko trauma.

 

  1. Gangguan visual meningkatkan risiko klien hemiplegia  trauma.

 

 

 

 

 

 

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Batticaca ,B. Fransisca.2008.Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persaraan. Jakarta: Salemba Medika

 

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PERAWATAN KAKI PASIEN DENGAN DIABETES MELLITUS (Sistem Endokrin)

Standar

SATUAN ACARA PENYULUHAN
“Perawatan Luka pada pasien dengan diabetes millitus”

 

Topik                           : Perawatan kaki pasien dengan Diabetes Mellitus

Pokok Bahasan           :Penyakit Endokrin

,Hari/ waktu                : Jumat / 35 Menit

Tanggal                      : 25 Oktober 2013

Sasaran                     : Pasien dan keluarga

Penyuluhan                : Mahasiswa

 

  1. TIU (Tujuan Instruksional Umum)

Setelah dilakukan penyuluhan ,sasaran mampu memahami tentang perawatan kaki yang baik dan benar.

 

  1. TIK (Tujuan Instruksional Khusus)

Setelah diberikan penjelasan selama 30 menit diharapkan sasaran mampu :

 

  1. pengertian perawatan luka dengan benar tanpa melihat catatan / leaflet.
  2. Menyebutkan tanda dan gejala infeksi pada luka dengan benar tanpa melihat catatan/leaflet.
    Menyebutkan penyebab infeksi dengan benar tanpa melihat catatan/ leaplet.
  3. Menyebutkan cara-cara perawatan luka dengan benar.
  4. Dapat mendemontrasikan langkah-langkah perawatan luka dengan benar tanpa melihat catatan.

 

 

No

Tahap Kegiatan

Waktu

Penyuluhan

Peserta

1

Pembuka

1 menit

 

2 menit

 

2 menit

a)      Menyampaikan salam dan perkenalan.

b)      Membuat kontrak waktu dan topik.

c)      Menjelaskan TIU dan TIK.

  • Memperhatikan dan mendengarkan.

2

Pengembangan

5 menit

 

10 menit

a)      Menjelaskan tentang tujuan perawatan kaki,dan bahayanya.

b)     Pendemonstrasikan perawatan kaki diabetes milletus.

 

  • Memperhatikan dan mendengarkan.

3

Penutup

5 menit

5 menit

 

4 menit

 

1 menit

 

a)      Memberi peluang pertanyaan.

b)      evaluasi atau menyimpulkan materi yang sudah di sampaikan.

c)      Menanyakan kembali materi yang sudah di jelaskan.

d)     Memberikan salam

  • Mengajukan pertanyaan
  • Memahami materi yang telah di sampaikan
  • Menjawab pertanyaan
  • Menjawab salam

 

 

  1. Metode
    1. Ceramah
    2. Tanya jawab
    3. Demonstrasi

 

  1. Media
    1. Leafleat
    2. Leafchard

 

 

  1. Jumlah Peserta
  •  2 orang  

 

  1. Evaluasi Hasil Penyuluhan
    1. Standar persiapan : pengaturan waktu, kesiapan materi.
    2. Standar proses : strategi yang digunakan dalam penyuluhan.
    3. Standar hasil : criteria hasil diharapkan dalam memberikan penyuluhan.

 

 

  1. Materi

Terlampir

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Morison, Moya J. 2004. Seri pedoman praktis managemen luka. Jakarta :EGC.

Wolf, Weilzel, Fuerest 1984, Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan, Jilid II Jakarta :Gunung Agung

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PEMBAHASAN MATERI

 

  1. Pengertian Perawatan Luka

            Perawatan luka adalah suatu teknik dalam membersihkan luka yang diakibatkkan oleh penyakit diabetes mellitus (kencing manis) dengan tujuan untuk mencegah infeksi luka, melancarkan peredaran darah sekitar dan mempercepat proses penyembuhan luka.

 

  1. Penyebab Infeksi
    1.  Adanya benda asing atau jaringan yang sudah mati didalam luka
    2.  Luka terbuka dan kotor
    3.  Gizi Buruk
    4.  Daya tahan tubuh yang lemah
    5.  Mobilisasi terbatas atau kurang gerak

 

  1. Tanda dan Gejala Infeksi
    1. Terjadi bengkak disekitar luka
    2.  Panas badan yang meningkat
    3.  Kemerahan disekitar luka
    4.  Nyeri
    5.  Perubahan fungsi organ
    6.  Cairan yang berupa nanah pada luka
    7.  Luka berbau tidak sedap

 

  1. Cara – Cara Perawatan Luka Di Rumah

Persiapan alat :

 

a)      Kapas

b)      Kassa seteril

c)      Cairan infus NaCl 0,9 % atau air matang yang masih hangat

d)     Minyak kayu putih

e)      Plester

f)       Gunting

g)      Kantong plastik

h)      Handuk lembut

i)        Gunting kuku

 

 

Langkah – Langkah:

1)      Atur posisi senyaman mungkin

2)      Siapkan alat yang diperlukan dan dekatkan kepada pasien

3)      Keluarga yang akan melakukan ganti balutan sebelumnya mencuci tangan terlebih dahulu dengan sabun.

4)      Buka plester/ perban (dengan alkohol atau  menggunakan Minyak kayu putih)

5)      Balutan lama dibuka dan dibuang ke kantong plastic

6)      Bersihkan luka :

  1. Cuci luka terlebih dahulu dengan kapas yang dibasahi NaCl 0,9% atau kapas lembab yang telah dibasahi air matang yang masih hangat.
  2. Keringkan luka dengan kassa kering steril.
  3. Untuk luka yang masih basah, kompres luka dengan kassa yang telah dibasahi NaCl 0,9% atau air matang yang masih hangat.
  4. Tutup luka yang telah dikompres kassa NaCl 0,9% atau air matang dengan kassa kering.
  5. Plester balutan tersebut agar tidak mudah lepas atau perban menggunakan perban gulung.        

7)      Jika ingin memotong kuku kaki atau kuku tangan pasien : kaki direndam dahulu dalam air hangat ( 37,5’C ) selama 5 menit dan di keringkan dengan handuk lembut. Potonglah kuku dengan lurus kemudian potong pinggiran kuku. Kikir pinggir-pinggir kuku dengan halus. Hindari memotong kuku terlalu dalam.

8)      Jangan berjalan kaki tanpa menggunakan alas kaki , baik di dalam rumah ataupun di luar rumah. Pakailah alas kaki sepatu atau sandal yang pas dan bahan yang lembut sesuai ukuran kaki dan nyaman untuk dipakai, sebelum memakai sepatu : periksa bagian dalam sepatu dari adanya batu-batuan kecil atau benda lainnya yang mungkin bisa mengiritasi kulit.

9)      Perlu diperhatikan : jangan memakai sepatu tanpa kaos kaki. Kaos kaki harus dari bahan yang lembut dan dapat menyerap keringat. Jaga agar kaki selalu hangat dan kering. Pakai sepatu yang lembut sehingga memungkinkan kulit kaki untuk bernafas.

10)  Bereskan peralatan

11)  Cuci tangan

 

 

 

 

Untuk Sahabatku..

Standar

Canda tawamu membuat hidupku berwarna

Ceriamu begitu membuat semangat hidupku

Bersama tak akan menjadi beban, barsama akan mudah ku jalani hidup ini

Kebersamaan tuk menggapai mimpi

Teman…

Tahu kah kamu kita bagaikan di atas kapal yang sama dan siap berlayar

Saling mendukung satu sama lain memberikan senyum termanis

Agar jalan yang kita akan lalui terasa ringan

Tidak banyak bebatuan ataupun lubang yang menghalangi langkah kita

 

Jika suatu hari aku ataupun kamu terjatuh maka

Genggamlah tangan dan bersama bangkit untuk hari baru yang akan kita temui lagi

 

Dimana tiada lagi tangis di situ hanya ada canda tawa yang kan menyelimuti hari-hari kita

Bersemangatlah tuk menggapai semua mimpi jangan pernah takut untuk bermimpi….

Kita ada untuk membuat perubahan di dunia ini

Dengan persahabatan semua akan terasa lebih mudah tuk dijalani.

puisi untuk sahabat,,

Standar

Canda tawamu membuat hidupku berwarna

Ceriamu begitu membuat semangat hidupku

Bersama tak akan menjadi beban, barsama akan mudah ku jalani hidup ini

Kebersamaan tuk menggapai mimpi

Teman…

Tahu kah kamu kita bagaikan di atas kapal yang sama dan siap berlayar

Saling mendukung satu sama lain memberikan senyum termanis

Agar jalan yang kita akan lalui terasa ringan

Tidak banyak bebatuan ataupun lubang yang menghalangi langkah kita

 

Jika suatu hari aku ataupun kamu terjatuh maka

Genggamlah tangan dan bersama bangkit untuk hari baru yang akan kita temui lagi

 

Dimana tiada lagi tangis di situ hanya ada canda tawa yang kan menyelimuti hari-hari kita

Bersemangatlah tuk menggapai semua mimpi jangan pernah takut untuk bermimpi….

Kita ada untuk membuat perubahan di dunia ini

Dengan persahabatan semua akan terasa lebih mudah tuk dijalani.

(cerpen)

Standar

SAHABAT

Suatu hari ketika  aku mendapati sebuah pesan singkat atau sms dari temanku riri aku langsung tersentak tak percaya sms itu mengatakan.

’kamu jangan terkejut yaa apa yang aku katakan …. Semalem aku di telphon ama mas angga kalo Irma mengalami kecelakaan dan tak lama di rumahsakit Irma meninggal’. Penggalan sms dari aya.

Sontak aku langsung terbangun dari tempat tidur aku langsung menelephon  riri … tuutt,,tuthhh…. “iya haloo syah .” jawab riri. “kamu sms apaa tadi kamu gak bercandakan???”tanyaku penasaran.”beneran sasha , hari ini pemakamannya .. maafin aku aku gak langsung ngomong sama kamu tadi malam , aku takut jadi beban kamu ,, kamu kan lagi banyak masalah akhir-akhir ini aku ke rumah kamu sekarang yaa kamu siap2 kita ke rumah irma.”jelas riri . “sa…. Sa… ??? kamu gak apa-apa??”Tanya riri.”mmm ya.. aku tunggu kamu , bye..” jawabku sambil aku matikan panggilannya .aku tak bisa membendung air mata ini , seperti hujan di musim hujan air mataku tumpah semua. Aku tak percaya kenapa kejadiannya begitu cepat.

Aku, riri, dan Irma kami adalah sahabat dari kecil sampai sekarang . tempat tinggal kami memang gak berdekatan lumayan cukup jauh tapi kami selalu hang out bareng entah itu untuk hal-hal yang penting ataupun hal-hal yang tidak penting. Dimanapun kami selalu bersama kecuali te,pat menimbah ilmu kita berbeda-beda sekarang di SMA. Tapi kita tetap kompak bisa menyempatkan waktu untuk kumpul bareng meskipun di Sma kita juga punya sahabat , tapi kita bertiga tetap best friend forever end ever. Tak bisa di kalahkan oleh apapun. Kenangan kami sangat banyak sekali dari mulai kisah senang-senang bahkan sedihpun kita selalu berbagi . prinsip persahabatan kami adalah apapun masalah yang kita hadapi kita harus saling terbuka dan pecahkan masalah itu bersama apapun resikonya.

Kini hari-hari bersama Irma sahabatku hanyalah menjadi kenangan yang tak mungkin bisaa untuk di lupakan seumur hidup. Aku dan riri menyaksikan jasad Irma yang kaku dan tak berdaya itu akan memasuki alam yang berbeda dengan kita. Hari itu saat upacara pemakaman Irma suasana menjadi hening dan begitu tenang langitpun di selimuti awan hitam ikut berkabung, mungkin dia tahu bagaimana perasaan aku dan riri saat ini. Kami saling menatap dan menganggukan kepala kemudian menunduk kami berdoa untuk sahabat kami …

tuhan, jika engkau telah menjemput sahabat kami Irma terimalah di di sisimu, berilah dia tempat yang indah di surgamu. Dia orang yang baik di semasa hidupnya , Irma ,, kita memang tak di dunia yang sama lagi sekarang tap kamu akan selalu ada di hati ku dan orang-orang yang mengenalmu .