Author Archives: mikimikiku

Kata Motivasi

Standar

sometimes we can not control what we do or we say to others that we often unknowingly hurt someone ..
I’m sorry my friend if I ever do that to you because it really self-conscious life is full of sin and error

“kadang kita tidak bisa mengontrol apa yang kita lakukan atau pun kita ucapkan pada orang lain sehingga tanpa sadar kita sering kali menyakiti seseorang..
maafkan aku sobat jika aku pernah berbuat seperti itu pada kalian karena sungguh diri ini sadar hidup penuh dengan dosa dan kesalahan”.
==== ==== ====

In life can not be separated from all sorts of problems with no problems we can not feel the beauty of solving a problem and no problem we can not think up in the face of all things … we do have friends living there who set up but that does not mean we should be silent without going try sometimes the name of love can weaken a person to do things but try to be a weakness in the power of love that we make so that we can feel sweetness and beauty of life is … the spirit of god friend of our desire to understand and he is ready to realize all are.
==== ==== ====

Takdir yang akan menjawab semua pertanyaan-pertanyaan dalam hidup . katanya takdir itu sesuatu yang sudah digariskan oleh tuhan pada masing-masing orang mempunyai takdir yang bermacam-macam tapi ada yang mengatakan bahwa takdir bisa saja sewaktu-waktu dapat berubah seiring dengan bagaimana kita menjalani hidup yang sudah ditakdirkan , jika ditakdirkan hidup baik maka kejarlah, bekerjakeraslah untuk mendapatkan takdir itu, dan jika takdir kita buruk maka bertaubatlah memohon ampun pada Allah SWT dan bersungguh-sungguh memperbaiki hidup yang dijalani dengan tidak bermalas-malasan lagi,,, mulai hidup dengan baik lagi , bekerja keras, dan panjatkan doa setiap saat.
==== ==== ====

Untuk yang hatinya letih:
Tuhanku Yang Maha Lembut,
Aku letih dengan tidak baiknya
sikap orang yang seharusnya mengerti
niat baikku.
Mengapakah Engkau mengijinkan
orang yang kubaiki
tidak berlaku baik kepadaku?
Aku tahu, ini pasti untuk kebaikanku.
Maka aku mohon,
kuatkanlah keikhlasanku
untuk memperbaiki sikapku
terhadap orang dan keadaan
yang tak bisa kuperbaiki.
Tuhan, kosongkanlah dadaku dari beban.
Aamiin.
==== ==== ====

Rasa sedih telah lama menjadi ruang tunggu, untuk diselamatkan tanpa mengupayakan kepantasan untuk diselamatkan.
Kebahagiaan tidak datang dari luar, tapi tumbuh di dalam hati Anda, yang membibit dari kesyukuran dan berkembang karena ketegasan untuk memilih kebaikan sebagai jalan hidup.
Lakukanlah sesuatu dari hati Anda yang bersyukur, lalu perhatikan apa yang terjadi.
==== ==== ====

Mm … what a beautiful day!
Terima kasih Tuhan,
telah Kau ijinkan kami
untuk hidup dalam
lindungan kasih sayang-Mu.
Tuhan kami Yang Maha Sejahtera,
Jagalah dan tenagailah aku hari ini,
dalam upayaku untuk membeningkan hatiku,
membersihkan pikiranku, dan
mengindahkan perilaku-ku kepada sesama.
Sampaikanlah aku
di depan pintu rezeki yang besar,
dan bahagiakanlah aku dengan
kemudahan untuk membukanya.
Aamiin
==== ==== ====

For the weary heart:
My Lord the Most Gentle,
I’m tired of not good
attitude of people who should understand
my good intentions.
Why are you allowing
people who kubaiki
not apply either to me?
I know, this is definitely for my kindness.
So I beg of you,
strengthen keikhlasanku
to improve my attitude
against people and circumstances
I could not fix.
God, my chest kosongkanlah of the load.
Aamiin
==== ==== ====

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CEDERA MEDULA SPINALIS (Sistem Neurobehaviour)

Standar

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Medulla spinalis adalah bagian dari system saraf yang membentuk system kontinu dengan batang otak yang keluar dari hemisfer , serebral dan memberikan tugas sebagai penghubung otak dan saraf perifer , seperti pada kulit dan otot. Panjangnya rata-rata 45 cm dan menipis pada jari-jari. Medulla spinalis ini pemanjangan dari foramen magnum di dasar tengkorak sampai ke bagian lumbal kedua tulang belakang , yang berakhir di dalam berkas serabut yang disebut konus medullaris. Seterusnya di bawah lumbal kedua adalah akar saraf, yang memanjang melabihi konus, dan disebut kauda equine dimana akar saraf ini menyerupai akar kuda . saraf-saraf medulla spinalis tersusun atas 33 segmen yaitu 7 segmen servikal , 12 torakal, 5 lumbal , 5 sakral , dan 5 segmen koksigius . Medulla spinalis mempunyai 31 pasang sara spinal , masing-masing segmen mempunyai satu untuk setiap sisi tubuh. Seperti otak , medulla spinalis terdiri atas subtansi grisea dan alba. Subtansia grisea di dalam otak ada di daerah eksternal dan subtansia alba ada pada bagian internal. Cedera medula spinalis adalah cidera yang mengenai servikalis vetebralis dan lumbali akibat dari suatu trauma yang mengenai tulang belakang. Cedera medula spinalis adalah masalah kesehatan mayor yang mempengaruhi 150.000 sampai 500.000 orang Amerika Serikat , dengan perkiraan 10.000 cedera baru yang terjadi setiap tahun. Kejadian ini lebih dominan pada pria kasus ini akibat dari kecelakaan kendaraan bermotor, selain itu banyak akibat jatuh , olahraga dan kejadian industry dan luka tembak. Dua pertiga kejadian adalah usia 30 tahun atau lebih muda. Kira-kira jumlah jumlah total biaya yang digunakan untuk cedera ini mencapai 2 juta dolar pertahun. Hal ini merupakan frekuensi yang tinggi dihubungkan dengan cedera dan komplikasi medis. Vertebra yang sering mengalami cedera adalah medula spinalis pada daerah servikal ke-5,6,7, torakal ke-12 dan lumbal pertama. Vertebra ini adalah paling rentan karena rentang mobilitasnya yang lebih besar dalam kolumna vertebral pada area ini.

  1. Tujuan

Untuk memenuhi tugas kelompok Sistem Neurobehaviour yang diberikan oleh dosen pembimbing , serta mengetahui bagaimana konsep penyakit atau cedera Medula Spinalis serta bagaimana asuhan keperawatannya.

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN TEORI

  1. PENGERTIAN

Medula spinalis ( spinal cord) merupakan bagian susunan sarafpusat yang terletak di dalam kanalis vertebralis dan menjulur dari foramen magnum ke bagian atas region lumbalis .Trauma pada medulla spinalis dapat bervariasi dari trauma ekstensi fiksasi ringan yang terjadi akibat benturan secara mendadak sampai yang menyebabkan transeksi lengkap dari medulla spinalis dengan quadriplegia.

  1. ETIOLOGI

1)      Kecelakaan di jalan raya ( penyebab paling sering)

2)      Kecelakaan Olahraga

3)      Menyelam pada air yang dangkal

4)      Luka tembak atau luka tikam

5)      Gangguan lain yang dapat menyebabkan cedera medulla spinalis seperti spondiliosis servikal dengan mielopati, yang menghasilkan saluran sempit dan mengakibatkan cedera progresif terhadap medulla spinalis dan akar ; mielitis akibat proses inflamasi infeksi maupun non infeksi ; osteoporosis yang di sebabkan oleh fraktur kompresi pada vertebra ; siringmielia ; tumor infiltrasi maupun kompresi ; dan penyakit vascular.

  1. PATOFISIOLOGI

Cedera medulla spinalis kebanyakan terjadi sebagai akibat cedera pada vertebra. Medula spinalis yang mengalami cedera biasanya berhubungan dengan akselerasi , deselerasi atau kelainan yang di akibatkan oleh berbagai tekanan yang mengenai tulang belakang. Tekanan cedera pada medulla spinalis mengalami kompresi, tertarik, atau merobek jaringan. Lokasi cedera umumnya mengenai C1 dan C2,C4,C6 dan T11, atau L2.

Fleksi rotasi ,dislokasi,dislokasi fraktur, umumnya mengenai servikal pada C5 dan C6.Jika mengenai spina torakolumbar, terjadi pada T12-L1.Fraktur lumbal adalah fraktur yang terjadi pada daerah tulang belakang bagian bawah.Bentuk cedera ini mengenai ligament,fraktur vertebra,kerusakan pembuluh darah,dan mengakibatkan iskemia pada medulla spinalis.

Hiperekstensi .Jenis cedera ini umumnya mengenai klien dengan usia dewasa yang memiliki perubahan degenerative vertebra,usia muda yang mendapat kecelakaan lalu lintas saat mengendarai kendaraan, dan usia muda yang mengalami cedera leher saat menyelam.Jenis cedera ini menyebabkan medulla spinalis bertentangan dengan ligamentum flava dan mengakibatkan kontusio kolom dan dislokasi vertebra.Transeksi lengkap dan medulla spinalis dapat mengikuti cedera hiperekstensi.Lesi lengkap dari medulla spinalis mengakibatkan kehilangan pergerakan volunter menurun pada daerah lesi dan kehilangan fungsi reflex pada isolasi bagian medulla spinalis.

Kompresi.Cedera kompresi sering disebabkan karena jatuh atau melompat dari ketinggian dengan posisi kaki atau bokong (duduk). Tekanan mengakibatkan fraktur vertebra dan menekan medulla spinalis .Diskus dan fragmen tulang dapat masuk ke medulla spinalis .Lumbal dan toraks vertebra umumnya akan mengalami cedera serta menyebabkan edema dan perdarahan. Edema pada medulla spinalis mengakibatkan kehilangan fungsi sensasi.

  1. KLASIFIKASI

1)      Cedera tulang

  1. Stabil.Bila kemampuan fragmen tulang tidak memengaruhi kemampuan untuk bergeser lebih jauh selain yang terjadi saat cedera.Komponen arkus neural intak serta ligament yang menghubungkan ruas tulang belakang,terutama ligament longitudinal posterior tidak robek.Cedera stabil disebabkan oleh tenaga fleksi,ekstensi,dan kompresi yang sederhana terhadap kolumna tulang belakang dan paling sering tampak pada daerah toraks bawah serta lumbal (fraktur baji badan ruas tulang belakang sering disebabkan oleh fleksi akut pada tulang belakang).
  2. Tidak stabil.Fraktur mempengaruhi kemampuan untuk bergeser lebih jauh.Hal ini disebabkan oleh adanya elemen rotasi terhadap cedera fleksi atau ekstensi yang cukup untuk merobek ligament longitudinal posterior serta merusak keutuhan arkus neural, baik akibat fraktur pada fedekel dan lamina, maupun oleh dislokasi sendi apofiseal.

2)      Cedera neurologis

  1. Tanpa deficit neurologis
  2. Disertai deficit neurologis, dapat terjadi di daerah punggung karena kanal spiral terkecilterdapat di daerah ini.

 

  1. GEJALA KLINIS

Cedera tulang belakang harus selalu diduga pada kasus dimana setelah cedera klien mengeluh nyeri serta terbatasnya pergerakan klien dan punggung.

  1. PENATALAKSANAAN MEDIS

1)      Terapi dilakukan untuk mempertahankan fungsi neurologis yang masih ada, memaksimalkan pemulihan neurologis,tindakan atas cedera lain yang menyertai,mencegah,serta mengobati komplikasi dan kerusakan neural lebih lanjut.Reabduksi atas subluksasi (dislokasi sebagian pada sendi di salah satu tulang –ed) untuk mendekompresi koral spiral dan tindakan imobilisasi tulang belakang untuk melindungi koral spiral.

2)      Operasi lebih awal sebagai indikasi dekompresi neural, fiksasi internal atau debridement luka terbuka

3)      Fiksasi internal elektif dilakukan pada klien dengan ketidakstabilan tulang belakang, cedera ligament tanpa fraktur, deformitas tulang belakang progresif , cedera yang tak dapat direabduksi,dan fraktur non-union.

4)      Terapi steroid,nomidipin, atau dopamine untuk perbaiki aliran darah koral spiral.Dosis tertinggi metil prednisolon/bolus adalah 30 mg/kgBB diikuti 5,4 mg/kgBB/jam untuk 23 jam berikutnya.Bila diberikan dalam 8 jam sejak cedera akan memperbaiki pemulihan neurologis. Gangliosida mungkin juga akan memperbaiki pemulihan setelah cedera koral spiral.

5)      Penilaian keadaaan neurologis setiap jam,termasuk pengamatan fungsi sensorik,motorik, dan penting untuk melacak deficit yang progresif atau asenden.

6)      Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat,fungsi ventilasi, dan melacak keadaan dekompensasi.

7)      Pengelolaan cedera stabil tanpa defisit neurologis seperti angulasi atau baji dari badan ruas tulang belakang,fraktur proses transverses ,spinosus,dan lainnya.Tindakannya simptomatis (istirahat baring hingga nyeri berkurang),imobilisasi dengan fisioterapi untuk pemulihan kekuatan otot secara bertahap

8)      Cedera tak stabil disertai defisit neurologis.Bila terjadi pergeseran ,fraktur memerlukan reabduksi dan posisi yang sudah baik harus dipertahankan.

 

  1. Metode reabduksi antara lain :
  • Traksi memakai sepit (tang) yang dipasang pada tengkorak.Beban 20 kg tergantung dari tingkat ruas tulang belakang, mulai sekitar 2,5 kg pada fraktur C1
  • Manipulasi dengan anestesi umum
  • Reabduksi terbuka melalui operasi
  1. Metode imobilisasi antara lain :
  • Ranjang khusus, rangka,atau selubung plester
  • Traksi tengkorak perlu beban sedang untuk mempertahankan cedera yang sudah direabduksi
  • Plester paris dan splin eksternal lain
  • Operasi

9)      Cedera stabil disertai defisit neurologis .Bila fraktur stabil, kerusakan neurologis disebabkan oleh :

a)      Pergeseran yang cukup besar yang terjadi saat cedera menyebabkan trauma langsung terhadap koral spiral atau kerusakan vascular

b)      Tulang belakang yang sebetulnya sudah rusak akibat penyakit sebelumnya seperti spondiliosis servikal

c)      Fragmen tulang atau diskus terdorong ke kanal spiral

Pengelolaan kelompok ini tergantung derajat kerusakan neurologis yang tampak pada saat pertama kali di periksa :

  • Transeksi neurologis lengkap terbaik dirawat konservatif
  • Cedera didaerah servikal ,leher dimobilisasi dengan kolar atau sepit (caliper) dan diberi metil prednisolon
  • Pemeriksaan penunjang MRI
  • Cedera nurologis tak lengkap konservatif
  • Bila terdapat atau didasari kerusakan adanya spondiliosis servikal, traksi tengkorak, dan metil prednisolon
  • Bedah bila spondiliosis sudah ada sebelumnya
  • Bila tak ada perbaikan atau ada perbaikan tetapi keadaan memburuk maka lakukan mielografi
  • Cedera tulang tak stabil
  • Bila lesinya total, dilakukan reabduksi yang diikuti imobilisasi. Melindungi dengan imobilisasi seperti penambahn perawatan paraplegia
  • Bila defisit neurologis tak lengkap, dilakukan reabduksi ,diikuti imobilisasi untuk sesuai jenis cederanya
  • Bila diperlukan operasi dekompresi kanal spiral dilakukan pada saat yang sama
  • Cedera yang menyertai dan komplikasi :

ü  Cedera mayor berupa cedera kepala atau otak,toraks,berhubungan dengan ominal, dan vascular

ü  Cedera berat yang dapat menyebabkan kematian,aspirasi,dan syok

 

  1. PENGELOLAAN CEDERA

1.Pengelolaan hemodinamik

  1. Bila tejadi hipotensi,cari sumber perdarahan dan atasi syok neurogenik akibat hilangnya aliran adrenergic dari system saraf simpatis pada jantung dan vascular perifer setelah
  2. cedera diatas tingkat T .Terjadi hipotensi, bradikardia,dan hipotermi.Syok neurogenik lebih mengganggu distribusi volume intravascular daripada menyebabkan hipovalensi sejati sehingga perlu pertimbangan pemberian terapi atropine,dopamine,atau fenilefrin jika penggantian volume intravascular tidak bereaksi
  3. Pada fase akut setelah cedera,dipasang beberapa jalur intravena perifer dan pengamatan tekanan darah melalui jalur arteri dipasang,dan resusitasi cairan dimulai
  4. Bila hipotensi tak bereaksi atas cairan dan pemberian tranfusi, lakukan kateterisasi pada arteri pulmonal untuk mengarahkan ke perbedaan mekanisme hipovolemik, kardiogenik atau neurogenik.

2.pengelolaan system pernapasan

  1. Ganti posisi tubuh berulang .
  2. Perangsangan batuk.
  3. Pernapasan dalam.
  4. Spirometri intensif.
  5. Pernapasan bertekanan (+) yang berkesinambungan dengan masker adalah cara mempertahankan ekspansi paru atau kapasitas residual fungsional.
  6. Pasien yang mengalami gangguan fungsi ventilasi dilakukan trakeostomi.

3. pengelola nutrisional dan system pencernaan

  1. Lakukan pemeriksaan CT-Scan berhubungan dengan omen/lavasi peritoneal bila diduga ada perdarahan atau cedera berhubungan dengan ominal.
  2. Bila ada ileus lakukan pengisapan (suction) nasogastrik, penggantian elektrolit ,dan pengamatan status cairan .
  3. Terapi nutrisional awal yang harus dimetabolisme (50-100% diatas normal).
  4. Bila ada hiperalimentasi internal elemental . pasang duoclenol yang fleksibel melalui atau dengan dengan bantuan fluoroskopi(ileus).
  5. Pencegahan ulkus dengan antagonis Hz (simetidin , ranitidin ) atau antacid.
  6. Bila mendapat gastric feeding, pasang duodenal feeding (NGT).
  7. Beri difonoksilat hidroklorida dengan atropin sulfat bila mendapat NGT untuk mencegah diare.
  8. Jika terjadi kehilangan fungsi sfingter anal beri dulcolax.

4. pengelolaan gangguan koagulasi

  1. Untuk mencegah terjadinya thrombosis vena dan emboli paru beri heparin dosis minimal (500 untuk subkutan , 2-3 x sehari).
  2. Ranjang yang berosilasi.
  3. Ekspansi volume.
  4. Stoking elastic setinggi paha.
  5. Strokering prenmatis anti emboli.
  6. Antiplatelet serta anti koagulasi untuk pencegahan.

5. pengelolaan genitourinaria

  1. Pasang kateter dower (dower catheter – DC).
  2. Amati urine output (OU).

6. pengelolaan ulkus dekubitus

  1. Untuk mencegah tekanan langsung pada kulit , kurang berfungsi jaringan, dan kurangnya mobilitas , gunakan busa atau kulit kambing penyanggan tonjolan tulang.
  2. Putar atau ganti posisi tubuh berulang.
  3. Perawatan kulit yang baik.
  4. Gunakan ranjang yang berosilasi.

7. pengelolaan pasien paraplegia

  1. Respirasi dengan pemasangan endotrakea , kemudian trakeostomi serta perbaikan keadaan neurologi dengan menutup trakeostomi.
  2. Perawatan kulit dengan mengubah posisi tidur pasien setiap 2 jam.
  3. Kandung kemih:

–        Lakukan kompresi manual untuk mengosongkan kandung kemih secara teratur agar mencegah terjadinya inkontenensia overflow dan drobbling.

–        Kateterisasi intermittten.

–        Kateterisasi indwelling.

–        Tindakan bedah jika cara-cara tersebut gagal.

  1.  Buang air besar (BAB)

Untuk mendapat mengosongan rectum mendadak dilakukan dengan cara :

–        Tambahkan diet serat .

–        Gunakan laksatif.

–        Pemberian supositoria.

–        Enema untuk BAB atau pengosongan rectum teratur tanpa inkontinensia mendadak.

  1. Anggota gerak

–        Cegah kontraktur akibat pembedahan spastisitas kelompok otot berlawanan dengan latihan memperbaiki medikasi dan mencegah pemisahan tendo tertentu.

–        Nutrisi umum tinggi kalori.

Rehabilitasi pasien yang mengalami paraplegia

1)      Rehabilitasi fisik

  1. Fisioterapi dan latihan peregangan otot yang masih aktif pada lengan atas dan tubuh bagian bawah.
  2. Pebiasaan terhadap alat dan perangkat rumah tangga.
  3. Perlengkapan splint dan kapiler.
  4. Transplantasi tendon.

2)      Perbaikan mobilisasi

  1. Latihan dengan kapiler dan kruk untuk pasien cedera tulang belakang bawah.
  2. Latihan kursi roda untuk pasien dengan otot tulang belakang dan tungkai yang tak berfungsi.
  3. Kendaraan khusus untuk dijalan raya.
  4. Rehabilitasi psikologis.
  5. Penerimaan di rumah

 

 

 

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian :

  1. Aktivitas dan istirahat

Tanda :

–        Kelumpuhan otot (terjadi kelemahan selama syok spinal) pada bawah lesi.

–        Kelemahan umum atau kelemahan otot (trauma dan adanya kompresi saraf).

 

  1. Sirkulasi

Gejala : berdebar-debar , pusing saat melakukan perubahan posisi.

Tanda :

–        Hipotensi , hipotensi postural , ektremitas dingin dan pucat.

–        Hilangnya keringat pada daerah yang terkena.

 

  1. Eliminasi

Tanda :

–        Inkontinensia defekasi dan berkemih .

–        Retensi urine.

–        Distensi berhubungan dengan omen , peristaltic usus hilang.

–        Melena , emesis berwarna seperti kopi, tanah (hematemesis).

 

  1. Inegritas ego

Gejala : menyangkal , tidak percaya , sedih , marah.

Tanda : takut , cemas , gelisah , menarik diri.

 

  1. Makanan dan cairan

Tanda :

–        Mengalami distensi yang berhubungan dengan omentum.

–        Peristaltic usus hilang ( ileus paralitik )

 

  1. Hygiene

Tanda : sangat ketergantungan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (bervariasi).

 

  1. Neurosensorik

Gejala :

–        Kebas , kesemutan, rasa terbakar pada lengan atau kaki.

–        Paralisis flaksid atau spastisitas dapat terjadi saat syok spinal teratasi , bergantung pada area spinal yang sakit.

Tanda :

–        Kelumpuhan , kesemutan (kejang dapat berkembang saat terjadi perubahan pada syok spinal ).

–        Kehilangan tonus otot atau vasomotor.

–        Kehilangan atau asimetris termasuk tendon dalam.

–        Perubahan reaksi pupil , ptosis , hilangnya keringat dari berbagai tubuh yang terkena karena pengaruh spinal.

 

  1. Nyeri /kenyamanan

Gejala :

–        Nyeri atau nyeri tekan otot.

–        Hiperestesia tepat di daerah trauma.

Tanda :

–        Mengalami deformitas.

–        Postur dan nyeri tekan vertebral.

 

  1. Pernapasan

Gejala : napas pendek , kekurangan oksigen , sulit bernapas.

Tanda : pernapasan dangkal atau labored , periode apnea , penurunan bunyi napas, ronkhi , pucat, sianosis.

 

  1. Keamanan

Gejala : suhu yang berluktuasi ( suhu tubuh di ambil dalam suhu kamar ).

  1. Seksualitas

Gejala : keinginan untuk kembali berfungsi normal

Tanda : ereksi tidak terkendali (pripisme) , menstruasi tidak teratur.

  1. Penyuluan / pembelajaran

Rencana pemulangan :

–        Pasien akan memerlukan bantuan dalam transportasi , berbelanja , menyiapkan makanan , perawatan diri, keuangan , pengobatan atau terapi , atau tugas sehari-hari di rumah.

–        Pasien akan membutuhkan perubahan susunan rumah , penempatan alat di tempat rehabilitasi.

 

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

  1. Ketidakefektifan pola nafas b.d kerusakan tulang punggung ,disfungsi neurovascular, kerusakan system muskuloskletal , ditandai dengan :

DS : pasien mengatakan sulit bernapas , sesak napas.

DO : penurunan tekanan alat inspirasi dan respirasi , penurunan menit ventilasi, pemakaian otot pernapasan, pernapasan cuping hidung, dispnea, orthopnea, pernapasan lewat mulut, frekuensi dan kedalaman pernapasan abnormal, penurunan kapasitas vital paru.

 

  1. Resiko penurunan curah jantung b.d kerusakan jaringan otak , ditandai dengan :

DS : Pasien / keluarga mengatakan pasien mengalami kebingungan .

DO : Penurunan tingkat kesadaran (bingung ,letargi, stupor, koma), perubahan tanda vital, mungkin terdapat perdarahan pada otak , papiledema, nyeri kepala yang hebat.

 

  1. Gangguan atau kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan neurovascular , ditandai dengan :

DS : Pasien / keluarga mengatakan adanya kesulitan bergerak.

DO : Kelemahan , Parestesia, Paralisis, Tidak mampu , Kerusakan koordinasi , Keterbatasan rentang otak , Penurunan kekuatan otot.

 

  1. Kurang perawatan diri (mandi,gigi, berpakaian) yang berhubungan dengan:

DS : Klien bedres

DO : Perubahan tanda vital, Penurunn tingkat kesadaran,gangguan anggota gerak.

  1. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan gangguan sirkulasi serebral,

Di tandai dengan:

DS : Pasien / keluarga mengatakan adanya kesulitan berkomunikasi .

DO : Disartria, Afasia ,Kata-kata, tidak di mengerti, tidak mampu memahami bahasa lisan

 

  1. Ketidaseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis, di tandai dengan:

DS : Pasien / keluarga mengatakan adanya kesulitan menelan makanan .

DO : Klien menunjukkan ketidakadekuatan nutrisi, terjadi penurunan BB 20 % atau lebih dari berat badan ideal, Konjungtiva anemis, Hb abnormal, sulit membuka mulut, sulit menelan, lidah sulit di gerakkan.

 

  1. Resiko aspirasi yang berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan, di tandai dengan:

DS : Klien mengatakan sulit menelan.

DO : Batuk saat menelan , Dispnea, Bingung, Penurunan PaCO2.

 

  1. Risiko cedera atau trauma yang berhubungan dengan paralisis, di tandai dengan:

DS : Klien atau keluarga mengatakan kelumpuhan anggota gerak.

DO : Hemiplegia , Klien dengan bantuan atau alat bantu, Berjalan lamban.

 

 

INTERVENSI

No

Diagnose keperawatan

Tujuan

Intervensi

rasional

1

Nyeri b.d kompresi akar saraf servikalis

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam diharapkan nyeri berkurang 2 skala dari skala sebelumnya , dengan criteria hasil:

–        Secara subjektif pasien mengatakan nyeri berkurang.

–        Pasien tidak gelisah.

 

  1. Kaji skala nyeri (P,Q,R,S,T)

 

 

  1. Istirahatkan leher pada posisi fisiologis.

 

 

  1. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam pada saat nyeri muncul.

 

  1. Batasi jumlah pengunjung dan ciptakan lingkungan tenang.

 

 

 

 

 

  1. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesic.
  2. Sebagai indicator untuk menentukan tindakan selanjutnya .
  3. Posisi fisiologi akan menurunkan kompresi saraf leher untuk menjaga kestabilan.
  4. Meningkatkan asuan O2 sehingga menurunkan nyeri sekunder.
  5. Pembatasan jumlah pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi O2 dan lingkungan yang tenang akan menurunkan stimulud nyeri
  6. Untuk proses penyembuhan pasien dan menurunkan tingkat nyeri.
 

2

Ketidakefektifan pola nafas b.d kerusakan tulang punggung ,disfungsi neurovascular, kerusakan system muskuloskletal

 

 

Setelah dilakukan intervensi selama 1×24 jam, dengan kriteria:

 

1.Klien akan merasa nyaman. 

2.Klien     mengatakan sesak berkurang dan dapat membandingkan dengan keadaan sesak pada saat serangan yang berbeda waktu.

3.TD dalam batas normal:

Bayi:90/60 mmHg

3-6th:110/70 mmHg

7-10th:120/80 mmHg

11-17th:130/80 mmHg

18-44th:140/90 mmHg                

45-64th:150/95 mmHg

>65th:160/95mmHg       

     (Campbell,1978) 

 

Nadi dalam batas normal:

Janin:120-160x/mnt

Bayi:80-180x/mnt

Anak:70-140x/mnt

Remaja:50-110x/mnt

Dewasa:70-82x/mnt

       (Campbell,1978)

4.AGD dalam batas     normal:

pH:7,35-7,45

C02:20-26 mEq (bayi),26-28 mEq (dewasa)

PO2(PaO2):80-110 mmHg

PCO2(PaCO2):35-45mmHg

SaO2:95-97%

 

 

1. Observasi tanda vital tiap jam atau sesuai respons klien.

 

2. Istirahatkan klien dalam posisi semiflowler. 

 

 

 

3. Pertahankan oksigenasi NRM 8-10/mnt.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                        

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4.Kolaborasi pemeriksaan AGD.

 

 

1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien.

 

2. Posisi semifowler membantu dalam ekspansi otot-otot  pernapasan dengan pengaruh gravitasi.

 

3. Oksigenasi sangat penting untuk reaksi yang memelihara suplai ATP. Kekurangan oksigen pada jaringan akan membentuk asam laktat (asidosis metabolik serta asidosis respiratorik) yang dapat akan menghentikan metabolisme.Regenerasi ATP akan berhenti sehingga tidak ada lagi sumber energy yang terisi dan terjadi kematian.

(Roper N, 1996)

 

4. Untuk proses penyembuhan pasien.

3

Resiko penurunan curah jantung b.d kerusakan jaringan otak.

Setelah dilakukan intervensi keperawatan, klien tidak menunjukkan adanya peningkatan TIK, dengan kriteria:

 

1.Klien akan mengatakan tidak sakit kepala dan merasa nyaman.

2.Mencegah cedera 

3. GCS dalam batas normal (E4, V5,M6). 

4. Peningkatan pengetahuan pupil membaik.          

5.Tanda vital dalam batas normal.         

 

 

1. Ubah posisi klien secara berangsur.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2. Atur posisi klien bedrest.

 

 

 

3.  Jaga suasana tenang.

 

 

 

 

4. Kurangi cahaya ruangan.

 

 

 

5. Tinggikan kepala.

 

 

 

6. Hindari rangsangan oral.

 

 

7. Angkat kepala dengan hati-hati.

 

 

8. Awasi kecepatan tetesan cairan infus.

 

9. Berikan makanan menggunakan sonde sesuai jadwal.

 

 

 

 

10. Pasang pagar tempat tidur.

 

 

 

11. Pantau tanda dan gejala peningkatan TIK dengan cara:

 

*Kaji respons membuka mata

4=spontan

3=dengan perintah

2=dengan nyeri

1=tidak berespon

 

*Kaji respons verbal

5=bicara normal (orientasi orang,waktu,tempat, dan situasi)

4=kalimat tidak mengandung arti

3=hanya kata-kata saja

2=hanya bersuara saja

1=tidak ada suara

 

*Kaji respons motorik

6=dapat melakukan semua perintah rangsang nyeri

5=melokalisasi nyeri

4=menghindari nyeri

3=fleksi

2=ekstensi

1=tidak berespons

 

12. Periksa pupil dengan senter.

 

 

 

13. Kaji perubahan tanda vital.

 

 

14. Catat muntah, sakit kepala (konstan,letargi), gelisah pernapasan yang kuat,gerakan yang tidak bertujuan, dan perubahan fungsi.

 

15. Konsul dengan dokter untuk pemberian pelunak fese bila diperlukan.

1. Klien dengan paraplegia risiko terjadi luka tekan (dekubitus).Perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai respons klien mencegah terjadinya luka tekan akibat tekanan yang lama karena jaringan tersebut akan kekurangan nutrisi dan oksigen yang dibawa oleh darah.

 

2. Bedrestbertujuan mengurangi kerjaan fisik,beban kerja jantung.

 

3. Suasana tenang akan memberikan rasa nyaman pada klien dan mencegah ketegangan.

 

4. Cahaya merupakan salah satu rangsangan yang berisiko terhadap peningkatan TIK.

 

5. Membantu drainase vena untuk mengurangi kongesti serebrovaskular

 

6. Rangsangan oral risiko terjadi  peningkatan TIK.

 

7. Tindakan yang kasar berisiko terhadap peningkatan TIK.

 

8. Mencegah resiko ketidak seimbangan volume cairan.

 

9. Mencegah ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan mempercepat proses penyembuhan.

 

  1. Mencegah risiko cedera jatuh dari tempat tidur akibat tidak sadar.

 

  1. Fungsi kortikal dapat dikaji dengan mengevaluasi pembukaan mata dan respons motorik. Tidak ada respons menunjukkan kerusakan mesenfalon.

(Hickey, 1992 cit Carpenito, 1995)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Perubahan pupil menunjukkan tekanan pada saraf okulomotorius atau optikus.
  2. Perubahan tanda vital menandakan peningkatan TIK.
  3. Muntah akibat dari tekanan pada medulla.

 

 

 

  1. Untuk mengurangi mengejan yang menyebabkan peningkatan tekanan intra cranial.

4

Gangguan  atau kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan neurovascular

Setelah dilakukan intervensi keperawatan,klien akan memiliki mobilitas fisik yang maksimal, dengan criteria:

1.Tidak ada kontraktur otot.

 

2. Tidak ada ankilosis pada sendi.

 

3.Tidak terjadi penyusutan otot

4. Efektif pemakaian alat

1. Kaji fungsi motorik dan sensorik dengan,mengobservasi setiap ekstremitasn secara terpisah terhadap kekuatan dan gerakan normal,respons terhadap rangsang.

 

 

2.  Ubah posisi klien  setiap 2 jam.

 

 

 

 

 

 

3. Lakukan latihan secara teratur dan letakkan telapak kaki klien dilante saat duduk dikursi atau papan penyangga saat tidur ditempat tidur.

 

4. Topang kaki saat mengubah posisi dengan meletakkan bantal disatu sisi saat membalik klien.

 

 

5. Pada saat klien ditempat tidur letakkan bantal diketiak diantara lengan atas dan dinding  dada untuk mencegah abduksi bahu dan letakkan lengan posisi b.d abduksi sekitar 600.

 

6.  jaga lengan  dalam posisi sedikit fleksi. Letakkan telapak tangan di atas bantal lainnya seperti posisi patung liberty dengan siku di atas bahu dan pergelangan tangan di atas siku.

7. letakkan tangan dalam posisi berfungsi dengan jari-jari sedikit fleksi dan ibu jari dalam posisi berhubungan dengan abduksi. Gunakan pegangan berbentuk roll. Lakukan latihan pasif. Jika jari dan pergelangan spastik, gunakan splint.

8. lakukan latihan di tempat tidur. Lakukan latihan kaki sebanyak 5 kali kemudian di tingkatkan secara perlahan sebanyak 20 kali setiap kali latihan.

9. lakukan latihan berpindah(ROM)
4 x  sehari setelah 24 jam serangan stroke jika sudah tidak mendapat terapi.

 

10. bantu klien duduk atau turun dari tempat tidur.

 

 

 

11. gunakan kursi roda bagi klien hemiplegia.

 

1. Lobus frontal dan parietal berisi saraf-saraf yang mengatur posisi motorik dan sensorik dan dapat dipengaruhi oleh iskemia atau peningkatan tekanan.

 

2. Mencegah terjadinya luka tekan akibat tidur terlalu lama pada satu sisi sehingga jaringan yang tertekan akan kekurangan nutrisi yang dibawa darah melalui oksigen.

 

3. Mencegah deformitas dan komplikasi seperti foodrop.

 

 

 

4. Dapat terjadi dislokasi panggul jika meletakkan kaki terkulai dan jatuh.

Dan mencegah fleksi.

 

5. Posisi ini membidangi bahu dalam berputar dan mencegah edema dan akibat fibrosis.

 

 

 

6. Mencegah kontraktur fleksi.

 

 

 

 

 

7. Membantu klien hemiplegia latihan di tempat tidur berarti memberikan dan mempersiapkan aktivitas di kemudian hari akan perasaan optimis sembuh.

 

8. Klien hemiplegia dapat belajar menggunakan kakinya yang mengalami kelumpunan.

 

9. Lengan dapat menyebabkan nyeri dan keterbatasan pergerakan berhubungan dengan fibrosis sendi atau subluksasi.

10. Klien hemiplegia mempunyai ketidak seimbangan sehingga perlu di bantu untuk keselamatan dan keamanan.

11. Klien hemiplegia perlu latihan untuk belajar berpindah tempat dengan cara aman dari kursi , toilet, dan kursi roda.

 

5

Kurang perawatan diri (mandi,gigi, berpakaian) yang b.d

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam , diharapkan pemenuhan kebersihan diri mandi ,gigi,dan mulut ,berpakaian , menyisir ,rambut terpenuhi . dengan keriteria hasil:

– Napas tidak berbau

– Pasien tampak bersih dan rapi

1. Lakukan oral higine

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2. Bantu klien mandi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3. Bantu klien berpakain.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4. bantu klien menyisir rambut.

 

 

 

 

 

5. bantu klien mengganti alas tempat tidur.

 

 

 

 

 

 

 

6. ganti alas tempat tidur.

 

1. Membersihkan mulut dan gigi klien, perawat dapat menemukan berbagai kelainan seperti adanya gigi palsu, karies gigi, krusta, gusi berdarah, bau aseton sebagai ciri khas penderita DM, serta adanya tumor. Temuan ini harus di laporkan perawat.

 

2. Memandikan klien merupakan salah satu cara memperkecil infeksi nosokomial. Dengan memandikan klien, perawat akan menemukan berbagai kelainan pada kulit seperti tanda lahir, luka memar, callus, kulit pucat karena dingin, kutil, bentuk kuku, dekubitus, ruam kulit, ulkus, atau borok.

 

3. Berapa  rumah sakit menyediakan pakaian khusus untuk klien. Namun ada yang tidak,. Klien yang harus mengenakan pakaian RS karena di rawat dalam keadaan emergensi, tidak ada keluarga yang mengurus cucian pakaian, menderita penyakit menular, menderita inkontinensia urin, atau akan melaksanakan tindakan pembedahan.

 

4. Menyisir rambut merupakan bentukfisioterapi. Menyisir rambut klien. Di lakukan perawatan terutama pada klien yag tidak berbahaya.

 

5. Merupakan salah satu kebutuhan fisiologis manusia. Klien yang tak berdaya dapat mengalami inkontinensia BAB dan BAK, sehingga menimbulkan bau di sekitarnya dan infeksi kulit, sehingga perawat perlu memberikan bantuan.

 

6. Pengalas tempat tidur yang kotor merupakan tempat berkembang biaknya kuman.

 

6

   Gangguan komunikasi verbal yang b.d  gangguan sirkulasi serebral

Setelah dilakukan tindakan keperawatan ,pasien akan dapat berkomunikasi secara efektif , dengan criteria hasil:

– Pasien memahami dan membutuhkan komunikasi

– Pasien menunjukan memahami komunikasi dengan orang lain

1. lakukan terapi bicara

 

 

 

 

2. Kaloborasi dengan ahli terapi bicara.

 

 

 

 

 

 

 

3. gunakan petunjuk terapi bicara bicara (jika klien tidak memahami bahasa lisan, ulangi petunjuk sederhana sampai mereka mengerti seperti ‘minum jus’;jangan tutup’). Klien akan mendengar, bicara pelan, dan jelas. Gunakan komunikasi nonvebral.

  • jika klien tidak dapat mengenal objek dengan menyebut namanya, berikan latihan menerima imaginasi kata. Contoh: tunjukan objek dan sebutkan namanya (misalnya tangan, gelas).
  • Jika klien sulit mengerti ekspresi verbal, berikan latihan dengan mengulangi kata ‘kamu’ mulai dengan kata sederhana dan pemahaman (‘ya’;’tidak’;’di sini makan pagi’).
  • Jika berjalan dengan klien afasia, latihan kalimat (lambat), dan jarak (berikan waktu klien untuk merespons).

 

Bantu  klien afasia berkomunikasi berikan model seperti berkomunikasi

Dengarkan dan amati secara saksama saat berkomunikasi dengan klien afasia. Coba memahami untuk mencegah (antisipasi) kebutuhan klien afasia, untuk memahami perasaan tak mampu perasaan tak mampu berkomunikasi.

  • Jika berkomunikasi dengan klien afasia yang sangat sulit di pahami, berdiri dengan jarak 6 kaki dan langsung berhadapan dengan klien. Langsung ke topik pembicaraan dan katakan ketika kamu akan mengganti topik.
  • Jika kata-kata klien kurang jelas, berikan petunjuk sederhana dan ulangi sampai klien mengerti.
  • Jika klien menderita afasia,  sering lakukan latihan dengan menggunakan objek untuk memudahkan ingatan.
  •  Jika klien menderita motorik afasia, bantu latihan dalam mencoba mengulangi kata-kata dan suara sesudah perawat.
  1. Komunikasi membantu meningkatkan proses penyampaian dan penerimaan bahasa.

 

  1. Beberapa klien afasia perlu terapi bicara sehingga perlu di lakukan sedini mungkinkomunikasi akan efektif. Klien yang memahami bahasa akan merespons bahasa atau pesan dari komunikasi.

 

7

Ketidaseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang b.d  ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh , dengan criteria hasil:

– Pasien mengatakan keinginan untuk makan

– Makanan yang disediakan sesuai kebutuhan nutrisi habis

– Berat badan dalam batas maksimal

  1. Kaji kebiasaan makan klien.

 

 

 

  1. Catat jumlah yang dimakan.

 

 

 

  1. Kalaborasi dengan tim gizi dan dokter untuk penentuan kalori. Diet sesuai dengan penyebab stroke seperti hipertensi, DM,dan penyakit lainnya.

 

 

  1. Kebiasan makan klien akan memengaruhi keadaan nutrisinya.

 

  1. Makanan yang telah di sediakan di sesuaikan dengan kebutuhan klien.

 

  1. Pemberian makan pada klien di sesuaikan dengan kebutahan nutrisi dan diagnosis penyakit. Pemberian makanan di sesuaikan usia, jenis kelamin, BB, dan TB, aktivitas, suhu tubuh, metbolik.

Kebutuhan karbohidrat di sesuaikan dengan kesanggupan tubuh untuk menggunakannya.

 

8

Resiko aspirasi yang b.d  kehilangan kemampuan untuk menelan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam pasien tidak menunjukan tanda-tanda aspirasi. Dengan criteria hasil:

– Tidak tersedak ketika makan ,tidak demam ,tidak batuk ketika makan , tidak ada ronkhi

– Tidak ada perubahan warna kulit

  1. Kaji tanda aspirasi seperti demam, bunyi crackles, bunyi ronkhi,bingung, penurunan Pa02 pada AGD, meberikan makanan dengan oral atau NGT dengan senter pada bagian pipi dengan spatel, lemaskan otot lidah, gunakan tisu lembut di bawah mandibula dan angkat ujung lidah dari belakang.
  2. Kaji perubahan warna kulit seperti sianosis, pucat.

 

  1. Klien dengan hemiplagia mengalami kelemahan menelan sehingga resiko aspirasi.

 

 

 

 

 

 

  1. Jika terjadi aspirasi klien akan mengalami kesulitan bernafas sehingga gangguan pertukaran gas yang di tandai dengan sesak napas, sianosis, pucat.

9

Risiko cedera atau trauma yang b.d paralisis

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam pasien tidak akan mengalami trauma . dengan criteria hasil :

–  Tidak jatuh

–  Tidak terdapat luka lecet dan tidak terdapat luka bakar

  1. Pasang pagar tempat tidur.

 

 

 

 

  1. Gunakan cahaya yang cukup.

 

 

  1. Anjurkan klien berjalan pelan-pelan.

 

  1. Anjurkan istirahat cukup saat berjalan.

 

  1. Kaji adanya tanda trauma pada kulit.

 

 

  1. Pagar tempat tidur melindungi klien dengan hemiplegia terjatuh dari tempat tidur.

 

  1. Klien dengan gangguan sensasi risiko trauma.

 

  1. Gangguan visual meningkatkan risiko klien hemiplegia  trauma.

 

 

 

 

 

 

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Batticaca ,B. Fransisca.2008.Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persaraan. Jakarta: Salemba Medika

 

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PERAWATAN KAKI PASIEN DENGAN DIABETES MELLITUS (Sistem Endokrin)

Standar

SATUAN ACARA PENYULUHAN
“Perawatan Luka pada pasien dengan diabetes millitus”

 

Topik                           : Perawatan kaki pasien dengan Diabetes Mellitus

Pokok Bahasan           :Penyakit Endokrin

,Hari/ waktu                : Jumat / 35 Menit

Tanggal                      : 25 Oktober 2013

Sasaran                     : Pasien dan keluarga

Penyuluhan                : Mahasiswa

 

  1. TIU (Tujuan Instruksional Umum)

Setelah dilakukan penyuluhan ,sasaran mampu memahami tentang perawatan kaki yang baik dan benar.

 

  1. TIK (Tujuan Instruksional Khusus)

Setelah diberikan penjelasan selama 30 menit diharapkan sasaran mampu :

 

  1. pengertian perawatan luka dengan benar tanpa melihat catatan / leaflet.
  2. Menyebutkan tanda dan gejala infeksi pada luka dengan benar tanpa melihat catatan/leaflet.
    Menyebutkan penyebab infeksi dengan benar tanpa melihat catatan/ leaplet.
  3. Menyebutkan cara-cara perawatan luka dengan benar.
  4. Dapat mendemontrasikan langkah-langkah perawatan luka dengan benar tanpa melihat catatan.

 

 

No

Tahap Kegiatan

Waktu

Penyuluhan

Peserta

1

Pembuka

1 menit

 

2 menit

 

2 menit

a)      Menyampaikan salam dan perkenalan.

b)      Membuat kontrak waktu dan topik.

c)      Menjelaskan TIU dan TIK.

  • Memperhatikan dan mendengarkan.

2

Pengembangan

5 menit

 

10 menit

a)      Menjelaskan tentang tujuan perawatan kaki,dan bahayanya.

b)     Pendemonstrasikan perawatan kaki diabetes milletus.

 

  • Memperhatikan dan mendengarkan.

3

Penutup

5 menit

5 menit

 

4 menit

 

1 menit

 

a)      Memberi peluang pertanyaan.

b)      evaluasi atau menyimpulkan materi yang sudah di sampaikan.

c)      Menanyakan kembali materi yang sudah di jelaskan.

d)     Memberikan salam

  • Mengajukan pertanyaan
  • Memahami materi yang telah di sampaikan
  • Menjawab pertanyaan
  • Menjawab salam

 

 

  1. Metode
    1. Ceramah
    2. Tanya jawab
    3. Demonstrasi

 

  1. Media
    1. Leafleat
    2. Leafchard

 

 

  1. Jumlah Peserta
  •  2 orang  

 

  1. Evaluasi Hasil Penyuluhan
    1. Standar persiapan : pengaturan waktu, kesiapan materi.
    2. Standar proses : strategi yang digunakan dalam penyuluhan.
    3. Standar hasil : criteria hasil diharapkan dalam memberikan penyuluhan.

 

 

  1. Materi

Terlampir

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Morison, Moya J. 2004. Seri pedoman praktis managemen luka. Jakarta :EGC.

Wolf, Weilzel, Fuerest 1984, Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan, Jilid II Jakarta :Gunung Agung

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PEMBAHASAN MATERI

 

  1. Pengertian Perawatan Luka

            Perawatan luka adalah suatu teknik dalam membersihkan luka yang diakibatkkan oleh penyakit diabetes mellitus (kencing manis) dengan tujuan untuk mencegah infeksi luka, melancarkan peredaran darah sekitar dan mempercepat proses penyembuhan luka.

 

  1. Penyebab Infeksi
    1.  Adanya benda asing atau jaringan yang sudah mati didalam luka
    2.  Luka terbuka dan kotor
    3.  Gizi Buruk
    4.  Daya tahan tubuh yang lemah
    5.  Mobilisasi terbatas atau kurang gerak

 

  1. Tanda dan Gejala Infeksi
    1. Terjadi bengkak disekitar luka
    2.  Panas badan yang meningkat
    3.  Kemerahan disekitar luka
    4.  Nyeri
    5.  Perubahan fungsi organ
    6.  Cairan yang berupa nanah pada luka
    7.  Luka berbau tidak sedap

 

  1. Cara – Cara Perawatan Luka Di Rumah

Persiapan alat :

 

a)      Kapas

b)      Kassa seteril

c)      Cairan infus NaCl 0,9 % atau air matang yang masih hangat

d)     Minyak kayu putih

e)      Plester

f)       Gunting

g)      Kantong plastik

h)      Handuk lembut

i)        Gunting kuku

 

 

Langkah – Langkah:

1)      Atur posisi senyaman mungkin

2)      Siapkan alat yang diperlukan dan dekatkan kepada pasien

3)      Keluarga yang akan melakukan ganti balutan sebelumnya mencuci tangan terlebih dahulu dengan sabun.

4)      Buka plester/ perban (dengan alkohol atau  menggunakan Minyak kayu putih)

5)      Balutan lama dibuka dan dibuang ke kantong plastic

6)      Bersihkan luka :

  1. Cuci luka terlebih dahulu dengan kapas yang dibasahi NaCl 0,9% atau kapas lembab yang telah dibasahi air matang yang masih hangat.
  2. Keringkan luka dengan kassa kering steril.
  3. Untuk luka yang masih basah, kompres luka dengan kassa yang telah dibasahi NaCl 0,9% atau air matang yang masih hangat.
  4. Tutup luka yang telah dikompres kassa NaCl 0,9% atau air matang dengan kassa kering.
  5. Plester balutan tersebut agar tidak mudah lepas atau perban menggunakan perban gulung.        

7)      Jika ingin memotong kuku kaki atau kuku tangan pasien : kaki direndam dahulu dalam air hangat ( 37,5’C ) selama 5 menit dan di keringkan dengan handuk lembut. Potonglah kuku dengan lurus kemudian potong pinggiran kuku. Kikir pinggir-pinggir kuku dengan halus. Hindari memotong kuku terlalu dalam.

8)      Jangan berjalan kaki tanpa menggunakan alas kaki , baik di dalam rumah ataupun di luar rumah. Pakailah alas kaki sepatu atau sandal yang pas dan bahan yang lembut sesuai ukuran kaki dan nyaman untuk dipakai, sebelum memakai sepatu : periksa bagian dalam sepatu dari adanya batu-batuan kecil atau benda lainnya yang mungkin bisa mengiritasi kulit.

9)      Perlu diperhatikan : jangan memakai sepatu tanpa kaos kaki. Kaos kaki harus dari bahan yang lembut dan dapat menyerap keringat. Jaga agar kaki selalu hangat dan kering. Pakai sepatu yang lembut sehingga memungkinkan kulit kaki untuk bernafas.

10)  Bereskan peralatan

11)  Cuci tangan

 

 

 

 

Untuk Sahabatku..

Standar

Canda tawamu membuat hidupku berwarna

Ceriamu begitu membuat semangat hidupku

Bersama tak akan menjadi beban, barsama akan mudah ku jalani hidup ini

Kebersamaan tuk menggapai mimpi

Teman…

Tahu kah kamu kita bagaikan di atas kapal yang sama dan siap berlayar

Saling mendukung satu sama lain memberikan senyum termanis

Agar jalan yang kita akan lalui terasa ringan

Tidak banyak bebatuan ataupun lubang yang menghalangi langkah kita

 

Jika suatu hari aku ataupun kamu terjatuh maka

Genggamlah tangan dan bersama bangkit untuk hari baru yang akan kita temui lagi

 

Dimana tiada lagi tangis di situ hanya ada canda tawa yang kan menyelimuti hari-hari kita

Bersemangatlah tuk menggapai semua mimpi jangan pernah takut untuk bermimpi….

Kita ada untuk membuat perubahan di dunia ini

Dengan persahabatan semua akan terasa lebih mudah tuk dijalani.

puisi untuk sahabat,,

Standar

Canda tawamu membuat hidupku berwarna

Ceriamu begitu membuat semangat hidupku

Bersama tak akan menjadi beban, barsama akan mudah ku jalani hidup ini

Kebersamaan tuk menggapai mimpi

Teman…

Tahu kah kamu kita bagaikan di atas kapal yang sama dan siap berlayar

Saling mendukung satu sama lain memberikan senyum termanis

Agar jalan yang kita akan lalui terasa ringan

Tidak banyak bebatuan ataupun lubang yang menghalangi langkah kita

 

Jika suatu hari aku ataupun kamu terjatuh maka

Genggamlah tangan dan bersama bangkit untuk hari baru yang akan kita temui lagi

 

Dimana tiada lagi tangis di situ hanya ada canda tawa yang kan menyelimuti hari-hari kita

Bersemangatlah tuk menggapai semua mimpi jangan pernah takut untuk bermimpi….

Kita ada untuk membuat perubahan di dunia ini

Dengan persahabatan semua akan terasa lebih mudah tuk dijalani.

(cerpen)

Standar

SAHABAT

Suatu hari ketika  aku mendapati sebuah pesan singkat atau sms dari temanku riri aku langsung tersentak tak percaya sms itu mengatakan.

’kamu jangan terkejut yaa apa yang aku katakan …. Semalem aku di telphon ama mas angga kalo Irma mengalami kecelakaan dan tak lama di rumahsakit Irma meninggal’. Penggalan sms dari aya.

Sontak aku langsung terbangun dari tempat tidur aku langsung menelephon  riri … tuutt,,tuthhh…. “iya haloo syah .” jawab riri. “kamu sms apaa tadi kamu gak bercandakan???”tanyaku penasaran.”beneran sasha , hari ini pemakamannya .. maafin aku aku gak langsung ngomong sama kamu tadi malam , aku takut jadi beban kamu ,, kamu kan lagi banyak masalah akhir-akhir ini aku ke rumah kamu sekarang yaa kamu siap2 kita ke rumah irma.”jelas riri . “sa…. Sa… ??? kamu gak apa-apa??”Tanya riri.”mmm ya.. aku tunggu kamu , bye..” jawabku sambil aku matikan panggilannya .aku tak bisa membendung air mata ini , seperti hujan di musim hujan air mataku tumpah semua. Aku tak percaya kenapa kejadiannya begitu cepat.

Aku, riri, dan Irma kami adalah sahabat dari kecil sampai sekarang . tempat tinggal kami memang gak berdekatan lumayan cukup jauh tapi kami selalu hang out bareng entah itu untuk hal-hal yang penting ataupun hal-hal yang tidak penting. Dimanapun kami selalu bersama kecuali te,pat menimbah ilmu kita berbeda-beda sekarang di SMA. Tapi kita tetap kompak bisa menyempatkan waktu untuk kumpul bareng meskipun di Sma kita juga punya sahabat , tapi kita bertiga tetap best friend forever end ever. Tak bisa di kalahkan oleh apapun. Kenangan kami sangat banyak sekali dari mulai kisah senang-senang bahkan sedihpun kita selalu berbagi . prinsip persahabatan kami adalah apapun masalah yang kita hadapi kita harus saling terbuka dan pecahkan masalah itu bersama apapun resikonya.

Kini hari-hari bersama Irma sahabatku hanyalah menjadi kenangan yang tak mungkin bisaa untuk di lupakan seumur hidup. Aku dan riri menyaksikan jasad Irma yang kaku dan tak berdaya itu akan memasuki alam yang berbeda dengan kita. Hari itu saat upacara pemakaman Irma suasana menjadi hening dan begitu tenang langitpun di selimuti awan hitam ikut berkabung, mungkin dia tahu bagaimana perasaan aku dan riri saat ini. Kami saling menatap dan menganggukan kepala kemudian menunduk kami berdoa untuk sahabat kami …

tuhan, jika engkau telah menjemput sahabat kami Irma terimalah di di sisimu, berilah dia tempat yang indah di surgamu. Dia orang yang baik di semasa hidupnya , Irma ,, kita memang tak di dunia yang sama lagi sekarang tap kamu akan selalu ada di hati ku dan orang-orang yang mengenalmu .

Dari Responsi HIV/AIDS berubah PJK (sudah berhadapan langsung dengan bapak dosen)

Standar

 

Secara mendadak dan tiba-tiba tepat jam perkuliahan praktik keperawatan dasar dewasa pukul 13.00 sebuah kabar yang mengejutkan tiba(lebay… hahaha) sipend mengumumkan kalau ada responsi dari tugas kelompok anemia dan HIV/AIDS , kebetulan kelompokku dapat materi tentang HIV/AIDS . kegaduhanpun dimulai saat pembagian nomor undian untuk nomor urut kelompok yang akan response. pengambilan nomor urutpun dilakukan dari kelompok 1-13… dan kelompokkupun dapat giliran ke-6 untuk responsinya… kami menunggu detik-demi detik , menunggu tiap-tiap kelompok yang maju mulai dari kelompok 1 sampai kelompok ke-4,, mereka ada didalam sekitaran kurang dari 15 menit mereka keluar.. dan menampakkan ekspresi senang , ada yang tertawa sampai tebahak-bahak… gak tauu juga sii mereka tertawa karena mereka bisa jawabnya atau malah sebaliknya.. kurang tauu juga karena aku gak Tanya-tanyain mereka gimana sewaktu didalam… apa… bisa jadi mereka stress karena dilontari pertanyaan-pertanyaan yang membuat mereka tidak bisa menjawab… (hehehe gak tauu juga aku gak mikirin yang aku pikirin adalah semoga aku bisa jawab pertanyaan dari bapak dosen pembimbingnya).dan ketika kelompok 4 masuk aku di beritahu bahwa jam itu juga ada target tentang perawatan payudara di lab yang jaraknya subhanallah jauh dari lokasi aku akan dieksekusi (di Tanya-tanyai … macam-macam dan berharap aku dan kelompok bisa menjawab semua itu…. Amiiinnn). Aku mencari buku target didalam tasku dan wahh alamat aku harus pulang kekos untuk ngambil bukunya yang ternyata aku tinggal.. bersama dengan checklistnya juga . akhirnya aku dan teman kelompokku L pulang bersama mengambil buku targetnya…

Lari-lari sampai di kos haaaaahhh ternyata aku lupa menaruh bukunya aku berantakin semua buku yang udah ditata rapi… dan akhirnya aku dapatkan !!!! . segerah aku lari menuju tempat responsi ,temanku L ternyata sudah di tempat.. HAHH syukurlah kalau begituu.. kelompok 5 sudah masuk.. kini aku merasa spot jantung, takikardi dan hipoksia, dehidrasi (hahahaha) semuanya aku rasakan karena aku lari-lari tadi. Aku membuka HP ku dan ada sms :

“.. targetnya udah selesai ni. Kata ibunya yang belum disuruh nyari waktu lain”

Haaahhh… aku langsung melongo dan aku pun memberitahu temanku L .. lalu apa artinya tadi aku lari-lari demi buku target dan planingnya kalau selesai responsi ini kami langsung bisa target dan mengurangi beban pikiran tugasnya. L  …..

Semakin cepat suara jantungku lup..dup…lup..dup…  baru aku mau duduk ehhh gak lama kemudian kelompok 5 sudah keluar ruangan dengan muka semringah ,senang “mereka aja bisa masa aku gak bisa semangat!!!” dalam hatiku . “ayooo teman-teman semangat!!!” seruku pada teman-teman kelompokku.

Peperangan pun dimulai , aku membuka pintu ruangan bapak dosen dan dengan gaya seperti biasanya bapak dosen kami yang ceria dan selalu menebar senyum ke setiap mahasiswanya(gak pelit senyum). Kami ber-4… temanku 2 cowok sebut saja ya si S dan si T dan 2 cewek sebut saja aku dan si L. Kami duduk berderet dan sambil tersenyum berharap tidak ditanya-tanyai macam-macam(haaahaaaa J)

Bapak dosen : “mana hasil kerja kelompok kalian ? apa yang kalian dapatkan setelah membaca dan membuat tugasnya??” (dengan senyum manisnya menanyakan itu ke kelompokku)

Aku : “ ini pak tugas yang kami buat “( sambil menyerahkan hard copy ke bapak dosen)

L : “ tentang Asuhan Keperawatan Pasien Dengan HIV/AIDS pak”(tambah temanku yang cewek)

Bapak dosen:” kalau gak di responsi kalian pasti kebanyakan gak ada yang belajar kan…. Kalau seperti ini kan saya juga lebih tau kalian paham atau tidak dengan mata kulaih yang saya ampu”

(kami ber-4 hanya tersenyum… JJJ)

Bapak dosen : “tugas yang pertama sebelum ini kalian dapat kasus apa yaa?? “ (sambil membuka-buka makalah tugas kami).

Aku : “eeemm.. itu pak tentang apa yaaa… ( mikir karena terlalu banyak tugas yang diberikan dari mata kuliah lain seabreg dahhh).. itu pak tentang pjk “

L:” penyakit jantung koroner pak “

Bapak dosen :” penyakit jantung koroner yaa… kaloo begitu hari ini responsinya tentang pjk aja yaaa,,, saya yakin kalian bisa menguasai tentang HIV/AIDS nya…”(jawab dosen dengan senyum )

Didalam hatiku APPPAAA PJK?? Haduuhhh matii deh aku mana udah mulai samar-samar menghilang dalam ingatanku … bapak dosennya gimana siii masaa kan yang di responsi harusnya HIV/AIDS ehh malah mundur ke tugas yang kemaren-kemaren-kemarennya lagi… haaahhh yaaa aku lupaaaa mungkin materinya gak tak buka-buka lagii kalau tauu gini kan tadi aku bisaa persiapan belajar dan mengingat dikit-dikit .. L

Aku: “haduhh gimana L aku kayaknya lupa dehhh “

L:”udah terima aja kenyataanya memang seperti ini menyedihkan .. yakin kita pasti bisa jawab” (bisik-bisik)

Bapak dosen :”PJK ?? apa siii ituu …”

……

Aku: “penyakit jantung koroner adalah penyakit yang di sebabkan karena adanya sumbatan dari pembuluh darah pak”

L:” biasanya disebut aterosklerosis”

Bapak dosen :”lalu ada apa disana?”

Aku: mikir duluuuu “hmmm itu pak ada semacam plak/lemak/kolesterol yang menutupi sebagian atau seluruh airan pembuluh darah.”

L :”karena kadar kolesterol yang tinggi”

Bapak dosen: “apa factor resiko penyebab PJK ?”

L:”karena obesitas”

Aku:”merokok”

S dan T :”peminum pak… orang yang suka minum-minuman keras/alcohol pak”

Aku:”sering mengkonsumsi tinggi kafein”

L:”karena diit yang terlalu berlebih lemak”

Aku:”tinggi kolesterol pak dank arena kebiasaan hidup yang tidak sehat”

L:”karena semakin bertambahnya umur juga pak”

Bapak dosen:” apakah anda semua beresiko?”

Aku dan L:”iya pak kami beresiko”


bapak dosen:”kenapa?”

L:”karena kebiasaan hidup yang tidak sehat “

Bapak dosen:” contohnya?

L :”hmmm karena setiap hari saya makan gorengan dan makanan yang banyak lemak pak “(hahahaaa jawaban yang pas dengan kehidupan anak kos… maklum gorengan menjadi  makanan wajib  yang dikonsumsi bagi anak-anak kos J)

T :”karena merokok juga pak”

Bapak dosen :”stress karena kalian akan ketemu saya untuk response ..itu juga termasuk .”(sambil tertawa)

Kamipun ngikut tertawa… JJ

Bapak dosen :”terus dari adanya aterosklerosis tadi dapat menyebabkan apa?”

Aku :”nekrosis jaringan”

Bapak dosen “tidak sebelum itu apa dulu “

Mikirr lamaaa…… lolaaaaaa(loading lama).

L :”iskemik jaringan “

L  :” iya jadi aterosklerosis tadi menyebabkan darah membawa O2  yang seharusnya di transfer ke jaringan lain jadi terhambat penyaluran O2 nya.. jadi mengakibatkan kematian jaringan , iskemi.”

Bapak dosen : “manifestasinya apa?”

Duhhh dibagian ini-nih aku yang gak suka … kok tiba-tiba file di otakku terasa ada virus dan menghilangkan datanya…

Bapak dosen : “nyeri dada… terus apa lagi biasanya?”

Loading…

Aku : “sesak nafas, berdebar-debar.. “

Bapak dosen :”sesak nafas bisa kalau terjadi nyeri yang hebat”

Bapak dosen:” saya tidak akan menanyakan tentang EKG nya terlalu jauh ,, cumin yang jadi pertanyaan disini ada masalah dimana pada PJK ?”

Aku:” mungkin di gambaran EKG pada Q,R,S nya pak mengalami ST .Elevasi”

(jawab ngasal … haaaahaaa )

Bapak dosen :” bukan pada Q,R,S nya… tapi pada apa???

(Hahaaa salah ternyata hmmm ngasal ini,,, J… terus pada apanya pak?? Kasih tauu dong ??? JJ)

Bapak dosen :”pada Q .nya yang mengalami ST.Elevasi…”

 

Bapak dosen :”diagnosa apa yang mungkin muncul untuk pasien dg PJK ?”

L :”nyeri…. Nutrisi..”

Bapak dosen :” nyeri iya,,, tapi kalau nutrisi belum sejauh itu … terus apalagi “

Aku :”gangguan perfusi jaringan, cemas/ansietas ”

S:” intoleransi aktifitas”

Bapak dosen i:”iya bisa jadi apa lagi”

…..

Bapak dosen:” nah kalau aterosklerosis tadikan dikatakan kalau ada sumbatan pada pembuluh darah lalu bagaimana mekanisme selanjutnya… jantung berfungsi untuk apa ?”

Aku , L, A dan B :” memompa darah dan oksigen”

Aku :” untuk diedarkan keseluruh tubuh”

Bapak dosen :”terus ada resiko apa disana jika darah yang membawa oksigen terhambat?”

Terjadi apa…???

Aku :”Resiko curah jantungnya menurun pak”

Bapak dosen :” okeh segitu saja dulu untuk penatalaksaannya bisa kalian baca dan dipelajari sendiri yaaa,,, dan untuk materi HIV/AIDS juga kalian harus menguasainya.. ini makalahnya kalian bawa saja”

Legaaa baget rasanya kebanyakan pertanyaan bapak dosenya bosa kami jawab walaupun banyak loadingnya lemoot hhahaaahhh… setidaknya masih inget dikit-dikit materi PJK kemaren… thanks.. Ya Allah…. J J

Hahaa pengalaman yang berharga aku jadikan ini semua sebagai pengalaman untuk kedepannya …. Harus lebih rajin belajar lagi walaupun itu materii yang udah berlalu tapi tetap diungkit-ungkit lagi suwaktu-waktu…. Intinya haris baca,pahami,dan dicermati, secara baik –baik jadi kalau nanti diulang lagi lupanya gak banyak…. Hahahahaaahahahhhh…..

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER(PJK)

Standar

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah praktik klinik keperawatan dewasa

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.  Latar Belakang

                 Penyakit  kardiovaskuler  merupakan  ancaman  paling  serius  pada kehidupan  dan  keselamatan  manusia.  Penyakit  kardiovaskuler  saat  ini menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di Indonesia. Survey kesehatan rumah tangga yang dilakukan secara berkala oleh Departemen Kesehatan  menunjukkan  bahwa  penyakit  kardiovaskuler  memberikan kontribusi sebesar 19,8% dari seluruh penyebab kematian pada tahun 1993dan meningkat menjadi 24,4% pada tahun 1998.

             Salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling sering terjadi adalah infark miokard akut (IMA). Sebagian besar kematian pada infark miokard akut terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama setelah muncul gejala. Setiap tahun  1.500.000 orang  mengalami  infark  miokard  yang mengakibatkan 540.000 kematian 2/3 dari semua kematian kardiovaskuler dihubungkan dengan arteriosclerosis dan ½ kematian terjadi dalam 2 jam dari gejala awitan dan sebelum dirawat di Rumah Sakit .

             Miokard infar disebabkan oleh iskemik yang lama akibat ketidak seimbangan antara suplay O2 dengan kebutuhan. Iskemik yang lama ini menyebabkan kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki lagi sehingga menyebabkan  kematian  otot.  Banyak  faktor  yang  dapat  berkontribusi terhadap ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplay O2, penyebab paling sering adalah trombosis pada arteri koroner.

Berdasarkan hasil penelitian Dewood dan teman-temannya bahwa 87% pasien yang mengalami onset gejala miokard infark dalam 4 jam I, sudahterbentuk sumbatan thrombus dan insiden sumbatan oleh thrombus dapat menurun sampai dengan 655 dalam 12-24 jam jika mendapat penanganan yang tepat.

Untuk menurunkan angka kematian akibat ini, kesadaran masyarakatdalam mengenali gejala-gejala infark miokard akut dan kesigapan untuk segera membawa penderita ke fasilitas kesehatan terdekat perlu ditingkatkan. Selain itu petugas kesehatan juga dituntut untuk terlatih menangani penderitasesuai dengan strategi penatalaksanaan yang baik.

2. Tujuan Penulisan

Tujuan Umum

Dapat memahami tentang asuhan keperawatan pada klien dengangangguan system kardiovaskuler.

Tujuan Khusus

Dapat  melakukan  pengkajian,  mendiagnosa,  merencanakan  danmengmplementasikan rencana asuhan yang sudah dibuat serta dapatmelakukan  evaluasi  pada  pasien  dengan coronary  arteri  disease (CAD).

 

3.  Tujuan Penulisan

Memberikan  informasi  tentang  penanganan  CAD,  sehingga  akan mempermudah pemberian asuhan keperawatan dan evaluasi terhadap pasienCAD secara komprehensif.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. definisi

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit yang dapat di cegah dengan mengendalikan factor resiko yang sebagian besar merupakan prilaku gaya hidup. (Kapita Selekta Jilid 2 hal 223)

 

Penyakit Jantung Koroner adalah disebabkan oleh aterosklerosis yang merupakan suatu kelainan degeneratif yang dipengaruhi oleh adanya faktor resiko.(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I)

 

Penyakit Jantung Koroner(PJK) adalah suatu penyakit pada jantung yang terjadi karena adanya kelainan pada pembuluh koroner,berupa penyempitan pembuluh darah sebagai akibat dari pengerasan dinding pembuluh darah oleh adanya penimbunan lemak berlebih (www.Promosi Kesehatan.Com).

 

2. anatomi-fisiologi jantung

Jantung  terletak  di  dalam  rongga  mediastinum  dari  ronggadada(toraks), diantara kedua paru.  Selaput yang mengitari jantung disebut pericardium, yang terdiri atas 2 lapisan :

-Perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melkat pada tulang dadadan selaput paru.

-Perikardium viselaris, yaitu lapisan permukaan dan jantung itu sendiri,yang juga disebut

 epikadrium.

Diantara kedua lapisan tersebut, terdapat sedikit cairan pelumas yangberfungsi  mengurangi  gesekan  yang  timbul  akibat  gerak  jantung  saatmemompa. Cairan ini disebut cairan pericardium.

 

STRUKTUR JANTUNG

 

Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan, yakni:

1.         lapisan luar disebutepikadrium atau perikadrium viselaris.

2.         lapisan tengah merupakan lapisan berotot, disebutmiokardium.

3.         lapisan dalam disebut pericardium.

Ruang-ruang jantung

Jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu 2 ruang yang berdinding tipis disebut

atrium (serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal disebutventrikel (bilik).

 

1. Atrium

a. Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan (reservoir) darahyang rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena dan kava superior, vena kava inferior. Serta sinuskoronarius  yang  berasal  dari  jantung  sendiri.  Kemudian  darahdipompakan ke ventrikel kanan dan selanjutnya ke paru.

 b. Atrium kiri menerima darah yang kaya oksige kedua paru melalui4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri,dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta. Kedua atrium tersebut dipisahkan oleh sekat, yang disebut septum atrium.

 

2.Ventrikel

Permukaan  dalam ventrikel  memperlihatkan  alur-alur otot yangdisebut

trabekula. Beberapa alur tampak menonjol, yang disebut muskuluspapilaris dihubungkan dengan tepi daun katup atrioventikuler oleh serat-serat yang disebut korda tendinae.

a. Ventrikel  kanan  menerima  darah  dari  atrium  kanan  dandipompakan ke paru-paru   melalui arteri pulmonalis.

b.Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan keseluruh tubuh melalui aorta.

 

Katup-katup Jantung

  1. Katup artrio ventikuler 

Oleh karena letaknya antara atrium dan ventrikel, maka disebut katupatrio-ventrikuler.

Katup yang terletak diantara atrium kanan dan ventrikelkanan  mempunyai  tiga  buah  daun  katup,  disebut katup  tricuspid. Sedangkan katup yang letaknya diantara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai  dua  buah  daun  katup,  disebut katup  mitral.  Katup artrio ventikuler memungkinkan darah mengalir dari masing-masing atrium ke ventrikel pada fase diastole fentrikel, dan mencegah aliran balik pada saat sistol ventrikel (kontraksi).

 

 

3. manifestasi klinis

– Sesak napas mulai dengan napas yang terasa pendek sewaktu melakukan aktivitas  yang cukup berat, yang biasanya tak menimbulkan keluhan. Makin lama sesak makin bertambah, sekalipun melakukan aktivitas ringan.

 

– Klaudikasio intermiten, suatu perasaan nyeri dan keram di ekstremitas bawah, terjadi selama atau setelah olah raga Peka terhadap rasa dingin

 

– Perubahan warna kulit.

 

– Nyeri dada kiri seperti ditusuk-tusuk atau diiris-iris menjalar ke lengan kiri.

 

– Keringat dingindan berdebar-debar

 

– Dada rasa tertekan seperti ditindih benda berat, leher rasa tercekik.

 

– Denyut jantung lebih cepat

–  Mual dan muntah

– kelemahan yang luar biasa

 

4. Etiologi

Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner),dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran, pembekuan darah,dan lain-lain yang kesemuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut.Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius,dariAngina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.

Beberapa faktor resiko terpenting Penyakit Jantung Koroner :

   Kadar Kolesterol Total dan LDL tinggi

   Kadar Kolesterol HDL rendah

   Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

   Merokok

   Diabetes Mellitus

   Kegemukan

   Riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga

   Kurang olah raga

   Stress

Pria dan wanita dapat terkena penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner dapat diturunkan secara turun temurun (keturunan).Anda bisa terkena penyakit jantung koroner jika anda mepunyai berat badan yang berlebihan (overweight) atau seseorang dengan tekanan darah tinggi dan diabetes. Kolesterol tinggi bisa juga menjadi penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner bersumber dari aneka pilihan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kebiasaan makan dengan tinggi lemak dan kurangnya olah raga.

 

 

Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan secara logis sebagai berikut:

1.Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991).

2. Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991). 

3. Faktor resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).

 

 

5. patofisiologi

Manifestasi PJK disebabkan karena ketidak seimbangan antara kebutuhan O2 sel otot jantung dengan masukannya. Masukan O2 untuk sel otot jantung tergantung dari O2 dalam darah dan pembuluh darah arteri koroner. Penyaluran O2 yang kurang dari a. Koroner akan menyebabkan kerusakan sel otot jantung. Hal ini terutama disebabkan karena proses pembentukan plak aterosklerosis (sumbatan di pembuluh darah koroner). Sebab lainnya dapat berupa spasme (kontraksi) pembuluh darah atau kelainan kongenital (bawaan).

Iskemia (kerusakan) yang berat dan mendadak akan menimbulkan kematian sel otot jantung, yaitu disebut dengan infark jantung akut yang ireversibel (tidak dapat sembuh kembali). Hasil dari kerusakan ini juga akan menyebabkan gangguan metabolik yang akan berefek gangguan fungsi jantung dengan manifestasi gejala diantaranya adalah nyeri dada.

 

7. komplikasi

  Serangan jantung yang mengancam jiwa menyebabkan infark myocardium(kematian otot jantung) karena persediaan darah tidak cukup

  Angina pectoris yang tidak stabil,syok dan aritmia

  Gagal jantung kongestif

  Tekanan Darah Tinggi (hipertensi)

  Diabetes

 

8. penatalaksanaan

      Penatalaksanaan dibagi menjadi dua macam,yaitu:

     A.Umum

1.Penjelasan mengenai penyakitnya; pasien biasanya tertekan, khawatir terutama untuk melakukan aktivitas.

            2.Pasien harus menyesuaikan aktivitas fisik dan psikis dengan keadaan sekarang

            3.Pengendalian faktor risiko

            4.Pencegahansekunder.

Karena umumnya sudah terjadi arteriosklerosis di pem-buluh darah lain, yang akan berlangsung terus, obat pencegahan diberikan untuk menghambat proses yang ada. Yang sering dipakai adalah aspirin dengan dosis 375 mg,160 mg,80mg.

 

5.Penunjang yang dimaksud adalah untuk mengatasi iskemia akut, agar tak terjadi iskemia yang lebih berat sampai infark miokardium.Misalnya diberi O2.

    

     B.Mengatasi PJK,yang terdiri dari dari :

   Medikamentosa

     1.Nitrat (N),yang dapat di berikan parenteral,sublingual,buccal,oral,trans dermal dan       ada yang dibuat lepas lambat.Yang terdiri dari Gliseral Trinitrat(GTN) dan Isosorbid 5 Mononitrat (ISMN).

2.Berbagai jenis penyekat beta untuk mengurangi kebutuhan oksigen. Ada yang bekerja cepat seperti pindolol dan pro-panolol. Ada yang bekerja lambat seperti sotalol dan nadolol. Ada beta 1 selektif seperti asebutolol, metoprolol dan atenolol.

3.Antagonis Calsium (Ca A),juga terdiri dari beberapa jenis baik dgunakan secara oral maupun parenteral.Umumnya obat-obatan ini mengurangi kebutuhan O2 dan menambah masuk (dilatasi koroner),ada yang menurunkan HR seperti Verapamil dan diltiazem.Efek samping Utamanya seperti sakit kepala,edema kaki,bradikardia sampai blokade jantung dan lain-lain.Obat-obat tersebut dapat diberikan sendiri-sendiri atau kombinasi (2 atau 3 macam) bila diperlukan.

   Revaskularisasi

1.Pemakaian trombolitik,biasanya pada PJK akut seperti IJA.Rekanalisasi dengan tromobolitik paling sering dilakukan pada PJK aktif terutama IJA

2. Prosedur invasif non operatif, yaitu melebarkan aa coronaria dengan balon.

3.Oprasi (Coronary Artery Surgery CAS).

Beberapa macam Oprasi adalah sebagai berikut.

A.Oprasi Pintas Koroner (CABG)

1.Vena Saphena (Saphenous Vein)

2.arteria mammaria internal

3.A.Radialis

4.a.Gastroepiploika

B.Transmyocardial (laser) recanalization (TMR)

3.Transplantasi jantung untuk kardiomopati iskemi

 

 

 

 

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian Keperawatan

  
a. Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).

b. Sirkulasi
– Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi, diabetes melitus.
– Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia.
– Suara jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya.
– Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris yang tidak berfungsi.
– Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi cardia).
Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal.
– Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul  dengan gagal jantung.
– Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.

c. Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.

d. Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan perubahan berat badan.

e. Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan aktivitas.

f. Neoru sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.

g. Kenyamanan
– Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan nitrogliserin.
– Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah.
– Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.

h. Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.

i. Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.

j. Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke,

hipertensi, perokok.

 

1. Diagnose keperawatan

  1. Nyeri berhubungan denganpenumpukan asam laknat  ischemia miokardium.
  2. Gangguan rasa aman : Cemas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
  3. Curah jantung menurun b.d Perubahan kontraktilitas miokardial atau perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama, konduksi jantung, perubahan struktural. (mis: kelainan katup, aneurisma ventrikel)

 

 

 

 

 

2. Intervensi

No

Diagnose keperawatan

tujuan

intervensi

Rasional

 

Nyeri berhubungan

Denganpenumpukan asam laknat  ischemia

miokardium

Setelah dulakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam pasien tidak mengalami nyeri dengan keriteria:

–       Pasien tidak mengeluh nyeri dada

–       Pasien tampak tenang dan dapat beristirahat

–       TTV dalam batas normal

–       Tekanan darah: 110-120/60-80 mm Hg

–       RR: 16 -20 X /menit

–       HR : 60 -100X . menit

–       T: 36,5-37,5 c

Keluaran urin baik yaitu 1-2 cc /kg bb /jam

1. kaji dokumentasi dan laporakan :

a. keluhan pasien mengenai nyeri dada meliputi lokasi, radiasi durasi nyeri dan factor yang memmpengaruhi nyeri

 b. efek nyeri dada pada perfusi hemodinamik kardiovaskuler terhadap jantung,otak,ginjal.

 

 

 

 

 

2. monitoring EKG

 

 

3. monitoring TTV

 

 

4. Berikan O2 sesuia kondisi pasien

 

5. berikan posisi semifowler .

6. Anjurkan pasien untuk bedrest total selama nyeri dada timbul.

7. berikan lingkungan yang tenang aktifitas perlahan dan tindakan yang nyaman .

8. berikan terapi sesuai program

1. data tersebut dapat membantu menentukan penyebab dan efek nyeri dada serta merupakan garis dasar untuk membandingkan gejala pasca terapi :

a. terapi terdapat berbagai kondisi yang berhubungan dengan nyari dada terdapat temuan klinik yang khas pada nyeri dada iskhemik

b. infark mikard menurunkan kontraktilitas jantung dan komplience ventrikel dan dapat menimbulkan disritmia (curah jantung menurun) mengakibatkan tekanan darah dan perkusi jaringan menurun frekuensi jantung dapat meningkat sebagai mekanisme kompensasi untuk mempertahankan curah jantung.

 

2. mengetahui adanya perubahan gambaran EKG dan adanya komplikasi AMI.

3. peningkatan TD HR,RR, menandakan nyeri yang sangat di rasakan oleh pasien.

4.terapi O2 dapat meningkatkan suplay O2 ke jantung ,

 

5. membantu memaksimalkan komplience paru.

6. menurunkan konsumsi O2.

 

 

 

7. menurunkan rangsang eksternal.

 

 

 

 

 

8. untuk proses penyembuhan pasien.

 

2.

Gangguan rasa aman : Cemas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam pasien menunjukan:

-Pasien ataupun kel;uarga tenang

-pasien dan keluarga dapat mengetahui dan menyebutkan kembali tentang penyakit yang di derita pasien cara pencegahan dan perawatannya.

1. berikan penjelasan tentang factor-faktor resiko timbulnya CAD : merokok, diet tinggi kolesterol , DM , Hipertensi , stress.

2. berikan dukungan emosional: sikap hangat dan empati

3. jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada pasien dan keluarga.

 

 

4. berikan penjelasan tentang perawatan pasien dirumah :

-Pengaruh CAD

-Proses penyembuhan

-Jenis-jenis pengobatan

-Pengaruh obat-obatan

-pembatasan diet : rendah kolesterol

-olahraga 3/ seminggu : jogging , aerobic

-stop merokok

-manajement stress

-saat BAB tidak mengejan

5. kaji ulang tingkat cemas

1. dengan mengetahui faktor resiko , pasien dan keluarga dapat mencegah dan memodifikasi gaya hidup yang lebih sehat.

 

 

 

2. pasien akan meraas dihargai.

 

 

3. dengan mengetahui prosedur pasien dan keluarga akan berpartisipasi dalam melakukan tindakan disamping itu juga dapat menurunkan tingkat cemas pasien.

 

4. meningkatklan pengetahuan pasien

Dan keluarga   sehingga keluarga dapat mengantisipasi serangan ulang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5. untuk mengetahui dan mengevaluasi tingkat keberhasilan dari intervensi yang telah dilakukan.

3

Curah jantung menurun b.d Perubahan kontraktilitas miokardial atau perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama, konduksi jantung, perubahan struktural. (mis: kelainan katup, aneurisma ventrikel)

 

setalah dilakukan tindakan keperawatan, klien menunjukkan adanya penurunan curah jantung.

Kriteria Hasil:

–         Frekuensi jantung meningkat

–         Status Hemodinamik stabil

–         Haluaran Urin adekuat

–         Tidak terjadi dispnu

–         Akral Hangat

 

1.      Auskultasi nadi apical, kaji frekuensi, irama jantung.

2.      Catat bunyi jantung.

 

 

 

 

3.      Palpasi nadi perifer.

 

 

4.      Pantau tekanan darah.

 

5.      Pantau keluaran urine, catat penurunan keluaran, dan kepekatan atau konsentrasi urine.

 

6.      Kaji perubahan pada sensori contoh: letargi, bingung, disorientasi, cemas dan depresi.

7.      Berikan istirahat semi recumbent (semi-fowler) pada tempat tidur.

8.      Kolaborasi dengan dokter untuk terapi, oksigen, obat jantung, obat diuretic dan cairan.

 

1. Biasanya terjadi tachycardia untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas jantung.

 

2. S1 dan s2 lemah, karena menurunnya kerja pompa S3 sebagai aliran ke dalam serambi yaitu distensi. S4 menunjukkan inkopetensi atau stenosis katup.

 

3.Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat dipengaruhi oleh CO dan pengisisan jantung.

 

4.Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat dipengaruhi oleh CO dan pengisisan jantung.

 

5.Dengan menurunnya CO mempengaruhi suplai darah ke ginjal yang juga mempengaruhi pengeluaran hormone aldosteron yang berfungsi pada proses pengeluaran urine.

 

6.Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung.

 

 

 

7.Memperbaiki insufisiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan oksigen dan penurunan venous return.

 

8.Membantu dalam proses kimia dalam tubuh

 

 

 

 

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Barbara C long. (1996). Perawatan Medical Bedah. Pajajaran Bandung.

Carpenito J.L. (1997). Nursing Diagnosis. J.B Lippincott. Philadelpia.

Carpenito J.L. (1998.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 EGC. Jakarta.

Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta.

Hudack & Galo. (1996). Perawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi VI, volume I EGC. Jakarta.

Kaplan, Norman M. (1991). Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. EGC Jakarta.

Lewis T. (1993). Disease of The Heart. Macmillan. New York.

Marini L. Paul. (1991). ICU Book. Lea & Febriger. Philadelpia.

Morris D. C. et.al, The Recognation and treatment of Myocardial Infarction and It’sComplication.

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. (1993). Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Krdiovaskuler. Departemen Kesehatan. Jakarta

 

Image